Senin, 15 November 2010

Waktu


Di dunia ini hanya ada satu hal besar. Waktu, ya.. waktu adalah satu-satunya hal terbesar di dunia ini. Yang lainnya hanyalah hal-hal yang tak berarti. Setiap elemen kehidupan, di dalamnya ada waktu yang mempengaruhi dan tidak seorangpun yang dapat memutar balikan waktu. Seperti kalimat yang sudah sangat populer di telinga kita yakni "kemarin adalah kenangan, hari ini adalah kenyataan dan besok adalah impian"...
(bersambung...)

Kamis, 11 November 2010

DINAMISME


1) Nama Dinamisme
Nama ini berasal dari bahasa Yunani dynamis, artinya: kekuasaan, kekuatan, khasiat. Tidak ada seorangpun yang menamakan dirinya orang dinamis, seperti orang menamakan dirinya orang Islam, orang Hindu atau orang Kristen. Manusia primitif tidak mengenal “isme-isme” atau sistim-sistim. Yang dinamakan dinamisme ialah sejenis faham dan perasaan keagamaan yang terdapat diberbagai bagian dunia pada segala bangsa dan menunjukkan banyak persamaan. Jadi, nama dinamisme adalah suatu nama ilmiah bagi suatu jenis keagamaan. Maka ilmu pengetahuan mengatakan tentang gejala-gejala yang kita hadapi dalam pasal-pasal ini, bahwa susunannya atau sistemnyalah boleh dinamakan “dinamisme”.

2) Pengertian ‘mana’
Dinamisme atau kekuasaan atau kekuatan yang dibicarakan dalam dinamisme, didalam ilmu pengetahuan lazim disebut ‘mana’. Dinamisme ialah kepercayaan kepada suatu daya-kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi, yang dianggap halus maupun berjasad, semacam fluidum, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki oleh benda, binatang dan manusia. Sesuatu benda atau seseorang memang ‘mengandung mana’, maka orang atau benda tersebut harus mendapat perhatian yang istimewa. Oarng atau benda yang mengandung ‘mana’ atau daya kekuatan itu harus ditakuti atau dihormati sehingga orang harus menjalankan suatu upacara kebaktian; tetapi mungkin juga orang berusaha melumpuhkan daya-kekuatan itu dengan berbagai penangkal. Dinamisme kadang-kadang menjadi sistem pantheistis serupa itu didalam perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi. Tetapi manusia primitif tidak menyusun suatu sistem. Ia lebih bertindak secara empiris (menurut pengalaman); ditetapkannya begitu saja bahwa benda ini mengandung daya kekuatan dan benda itu tidak. ‘mana’ adalah ‘the supranatural in a way’. Suatu penjelasan yang bagus sekali. Sebab pada satu pihak dalam penjelasan itu tampak dengan terang, bahwa ‘mana’ itu sesuatu yang boleh kita katakan ‘melebihi alam’ (supernatural), yaitu sesuatu yang menimbulkan keheranan, kekuatan, rasa khidmat. Tetapi pada lain pihak tampaklah jelas pula dalam keterangan itu, baha ‘mana’ itu hanya dapat dikatakan ‘supernatural’ dalam arti yang terbatas saja. ‘Mana’ adalah sesuatu yang tidak biasa, yang mengharankan karena keistimewaannya, sebab kekuatannya atau sebab kesuburannya. ‘Mana’ dapat juga berarti sesuatu yang sama sekali tidak dapat kita hubungkan dengan hal yang melebihi alam (supernatural), umpamanya kekuatan manusia. Seorang raja, yang selalu mendapat kemenangan didalam perang, adalah raja yang mengandung ‘mana’. Sesorang yang mempunyai kecakapan luar biasa didalam suatu keahlian, dipandang juga sebagai seorang yang mengandung ‘mana’. Sesuatu disebut ‘mana’, jika memberi efek atau hasil; jika tiada efek atau hasilnya, maka itu bukan ‘mana’.
Di Indonesia, sesuatu yang disebut ‘mana’ itu kerap kali diterangkan sebagai sesuatu yang ‘memuaskan’. Sesuatu itu ‘kotor’ jika mengandung daya yang membinasakan. Orang harus berhati-hati terhadap semua yang kotor. Didalam dinamisme yang disebut keramat ialah sesuatu yang mengandung daya, yang dipandang mendatangkan keselamatan. Jadi dalam dinamisme itu ‘kotor’ dan ‘keramat’ adalah dua belah sisi dari hal yang sama. Jika sesuatu mengandung daya, karena dianggap berbahaya, tetapi dapat juga dikatakan keramat. Jadi keramat tidak ada hubungannya dengan kesempurnaan kesusilaan, melainkan dengan terisinya denga daya yang mendatangkan keselamatan. Maka pada satu pihak ‘mana’ mempunyai daya penolak, karena orang takut kepada kekuatan yang tidak dapat dikuasainya itu. Tetapi pada lain pihak ‘mana’ mempunyai daya penarik karena menimbulkan rasa hormat dan khidmat. Kata keramat menunjukkan kedua sisi itu. Keramat adalah segala sesuatu yang istimewa, luar biasa dan yang berganti-ganti menyebabkan takut dan hormat, jijik dan cinta.

3) Sikap Manusia terhadap ‘mana’
Sikap yang diambil manusia primitif terhadap segala yang mengandung ‘mana’ ialah sikap berhati-hati. Segala perbuatan yang melepaskan tenaga harus dihindari atau dilakukan dengan sangat berhati-hati. Misalnya memecahkan pinggan yang dibuat daripada tanah adalah berbahaya. Bahwa daya kekuatan itu dapat jasmani maka manusia primitif tidak mengenal perbedaan antara jasmani dan rohani. Dengan demikian kesalahan ‘rohani’ dapat dibetulkan denga cara ‘jasmani’. Sikap ‘awas’ yang diambil oleh manusia primitif terhadap segala yang dianggapnya ‘mengandung mana’, dinyatakan dengan perkataan ‘tabu’. Kalau sesuatu dikatakan tabu, itu maksudnya hampir serupa dengan ‘awaslah! Jangan pegang! Sangat berbahaya!’ sesuatu benda dapat tabu untuk sementara waktu;juga manusia dapat tabu untuk sementara waktu, umpamanya seorang yang harus sangat berhati-hati atau seorang perempuan yang sedang hamil, atau seorang laki-laki yang sedang pergi berperang. Barangsiapa melanggar tabu, iapun melepaskan tenaga dengan tiada bertanggung jawab dan harus memikul akibat-akibatnya. Biasanya ia tidak dihukum, tetapi perbuatan yang dilakukannya itulah yang menghukum dirinya. Daya kekuasaan yang terlepas tadi barbalik dan merusak atau membunuh, tepat seperti aliran listrik yang dilepaskan secara tak bertanggung jawab. Denagn demikian tabu juga dapat berguna bagi hidup sosial, tetapi orang dapat juga mengacaukan masyarakat dengan berbagai-bagai tabu. Jadi pengertian tabu sama sekali tidak ada hubungannya dengan peringatan terhadap sesuatu yang menurut kesusilaan dapa ditolak.

4) Benda-benda yang mengandung ‘mana’: fetisy
Benda-benda yang mengandung kesaktian, dinamakan fetisy. Fetisy-fetisy itu seolah-olah mendekatkan kesaktian kepada manusia, sehingga kesaktian itu dapat memberi pengaruh yang baik kepada hidup manusia. Fetisy-fetisy itu membawa keselamatan yang bermacam-macam sifatnya: melindungi orang terhadap bencana, menyembuhkan penyakit, memberi kesuburan, memberi kekuatan untuk hidup baru pada waktu dilantik, dsb. Sukarlah untuk dengan jelas membedakan fetisy dengan ajimat (jimat). Kebanyakan ajimat itu fetisy-fetisy kecil dan itu menjadi asal banyak benda, yang kemudian hanya dianggap sebagai perhiasan saja. Masih ada lagi sejenis fetisy yang khusus, yakni yang disebut ‘relik’, yakni benda-benda yang mengandung daya yang berasal dari manusia yang sakti. Semua benda itu, yakni fetisy, ajimat dan relik dipuja, artinya benda-benda itu diperlakukan dengan hati-hati dan disimpan dengan baik-baik. Kadang-kadang benda-benda itu diolesi denga lemak atau minyak untuk ‘diberi makan’, artinya ditambah dengan daya yang baru. Tetapi pemujaan-pemujaan itu dapat dihentikan, jika fetisy itu ternyata sudah hilang kesaktiannya. Orang dapat memarahinya, menyiksanya atau membuangnya. Kadang-kadang fetisy itu berupa patung-patung kecil, atau malahan patung-patung yang besar juga. Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa setiap benda yang aneh karena bentuknya atau karena hal lainnya dan ternyata mempunyai ‘kesaktian’, dapat dipakai sebagai fetisy. Entah benda itu misalnya sekerat kayu atau batu didalam keadaan aslinya entah sudah dikerjakan, misalnya sudah dijadikan patung, apapun dapat menjadi fetisy. Persekutuan suku atau bangsa mempunyai fetisy-fetisynya sendiri yang khusus, yang menjamin keselamatan persekutuan itu. Terdapat juga di Indonesia, fetisy-fetisy itu disebut ‘pusaka’. Keris, rantai, pakaian lama, dsb. Puasaka orang Makasar, bugis dan jawa terkenal sekali.

5) Upacara didalam hubungannya dengan ‘mana’, tabu dan fetisy
Biasanya upacara itu dilakukan oleh seluruh masayarakat. Tari-tarian adalah upacara-upacara primitif yang bersifat khas yang dilakukan oleh masyarakat. Dan semua orang harus ikut dalam tari-tarian itu, upacara ini dilakukan oleh seluruh masyarakat, dan upacara itu harus dilakukan atau dipimpin oleh seorang kepala suku. Karenanya seorang kepala suku atau pemimpin suatu komunitas dilarang melakukan ini dan itu. Ada banyak hal tabu yang harus ia hindari karena ia mepunyai suatu kuasa yang besar, ia inipun berkuasa atas hujan dan panas, ataupun tentang untung dan rugi. Namun raja atau penguasa yang kehilangan ‘mana’nya harus digantikan oleh orang lain. Karena seorang raja yang mengandung mana akan dihormati namun begitupun sebaliknya. Jadi kepemilikkan mana dari seorang raja haruslah jelas, karena mana itu sendiri dapat dilihat dari kekuatan badan yang luar biasa, kelicikan, ilmu pengetahuan, kemujuran dalam usahanya, dicintai para wanita, dan juga dapat dilihat dari kedahsyatan dan kebengisan dari seseorang yang mempunyai mana tersebut.
Wakil dari para raja ataupun kepala suku, adalah para dukun atau syaman dari bangsa samoyet mereka dalah wakil daya keramat terhadap para rakyat, namun sebaliknya menjadi juga wakil rakyat terhadap daya-daya itu. Kerja para syaman itu hampir mirip dengan para dukun, tapi syaman bekerja dengan tidak sadar sedangkan dukun bekerja denga sadar dengan menggunakan ilmu pengetahuannya.
Upacara-upacara biasanya dilakukan oleh seluruh masyarakat, namun ada juga upacara yang hanya dikhususkan oleh kaum laki-laki, jadi kaum perempuan dilarang untuk mengikuti upacara tersebut. Dan seperti yang dikatakan tadi upacara-upacara itu dilakukan dalam bentuk tari-tarian, karena dalam segala situasi baik suka maupun duka, baik kematian maupun perkawinan misalnya, selalu menggunakan tari-tarian dalam upacaranya. Tari-tarian yang dilakukannya itupun bukanlah sekedar pertunjukkan belaka, melainkan ada suatu daya atau kekuatan yang keluar dari tari-tarian itu. Jadi, penari-penari itu adalah pemeran atau pelayan-pelayan dari kekuatan atau daya dalam tarian itu. Dan tarian yang dilakonkan menggambarkan sesuatu yang menjadi kenyataan dan penari-penari itu dapat pula enggunakan topeng untuk menjadi tokoh yang diperankannya.
Adapula upacara dari pulau seram di Indonesia yaitu seorang anak laki-laki yang sudah remaja harus masuk dalam persekutuan ‘kakean’ yaitu semacam ikatan rahasia. Dimana anak ini dimasukkan didalam lubang yang disebut mulut buaya dengan dua orang penolong baginya. Selanjutnya ditunjukkan pisau yang berlumuran darah kepada kaum perempuan dan itu menjadi tanda bahwa anak itu sudah mati. Dan setelah itu datanglah pula penolong-penolong dari anak yang tadi sudah mati dengan keadaan kotor sekali, seolah mereka baru kembali dari bawah bumi. Kemudian para perempuan datang dan meyiram tubuh mereka untuk membersihkan mereka dengan air. Selanjutnya penolong-penolong itupun menenangkan hati perempuan-perempuan itu tentang nasib anak mereka. Namun tak lama kemudian anak itu kembali namun dengan kelakuan yang aneh dan ada beberapa hal tabu yang harus mereka hindari, misalnya dilarang menggunting rambut ataupun adanya larangan bagi orang lain untuk memegang kepala mereka, karena rambut mengandung mana dan setelah itu merekapun kembali menjadi normal dan menceritakan hal-hal yang mereka alami dari dunia yang mereka kunjugi tadi.
Dari contoh tadi diatas, yaitu upacara yang berhubungan dengan kematian dapat kita lihat bahwa kematian menurut orang-orang bukan primitif bukanlah akhir dari segalanya, namun lebih berupa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Kematian disini lebih pada pembaruan hidup, lahir kembali, atau kematian yang dapat dipercepat atau dihentikan. Dapat kita lihat dalam penguburan sementara misalnya orang yang sudah meninggal tidak langsung dikuburkan melainkan ditunda, bahkan kadang-kadang baru dilakukan ssetelah sepuluh tahun. Hal ini untuk menghindari bahwa orang yang sudah mati akan kembali dan menjadi hantu, dan orang yang penguburannya belum diupacarakan belum dianggap meninggal dan belum bisa menjadi hantu. Hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang dayak di Kalimantan. Dan orang yang mempunyai mana akan dikubur secara luar biasa, namun dibeberapa daerah di Indonesia orang-orang yang mati karena suatu penyakit tertentu, terbunuh, perawan, mati karena bersalin ataupun para raja dan dukun tidak dikubur dengan melakukan upacara, karena orang-orang takut akan daya dan kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah meninggal tersebut, jangan-jangan mereka mengganggu orang-orang yang masih hidup.

6) Agamakah Dinamisme itu atau bukan?
Kepercayaan terhadap ‘mana’ menurut dinamisme itu membuat kita bertanya apakah dinamisme itu agama atau bukan? Dalam dinamisme tidak ada kepercayaan kepada Tuhan atau dewa, jadi tentu saja tidak ada ibadat kepada Tuhan itu sendiri. Memang ada pemikiran bahwa ada banyak dewa-dewa, namun itu belum mengenai yang sejati.
Dinamisme yang timbul dari rasa takjub, takut, dan perasaan bahwa dirinya kecil sebagai manusia dan ada rasa ketergantungan pada daya yang lebih besar disekitarnya. Ternyata ada juga yang bersifat ilahi dalam dunia ini, namun manusia memandang itu bukanlah sebagai suatu pribadi, karena itu jika dalam agama-agama ada kegiatan seperti berdoa, memberikan korban, atau berkuasa. Tetapi dalam dinamisme doa lebih dianggap sebagai mantra dan doa yang sakti, bagi orang jawa disebut japamantra atau jampi dan mantra. Korban itu tidaklah dipersembahkan untuk allah melainkan lebih kepada sesuatu hal yang dilakukan untuk menguasai ilah tersebut, juga bukanlah hal yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,melainkan hal yang dilakukan, untuk memperoleh kekuatan, misalnya dengan cara bertapa.
Dari hal-hal yang telah disebutkan tadi di atas, kita pun dapat melihat gejala-gejala keagamaan yang ada dalam dinamisme, namun agama dalam dinamisme itu lebih merupakan suatu magi, dimana suatu penyembahan kepada ilahi kadang berbalik untuk menguasai ilah itu sendiri. Contohnya apabila seorang melihat atau mendapati suatu batu yang aneh dan menyembahnya atau memujanya itu masih dapat dikatakan agama, namun apabila batu yang aneh tadi dibawa pulang dan mengambil keuntungan darinya secara pribadi, berarti ia menjadikan itu ajimatnya dan ia berarti berbuat magi. Hamba menjadi tuan dan tuan menjadi hamaba.
Kadang-kadang demikian pula yang terjadi dalam suatu agama yang mengakui adanya Tuhan. Umat berbuat baik, berdoa kepada Tuhan untuk memaksa agar Tuhan pun melakukan hal yang baik untuknya. Berdoa dan beribadah dilakukan sebagai tolak ukur, yaitu jika aku memberi maka engkau pun memberi.
Kita dapat membedakan agama atas arti objektif, yaitu apa yang kita percayai, dan arti subjektif yaitu bagaimana tingkahlaku dan sikap kita dihadapan Allah.
Calvin mengatakan bahwa agama adalah iman yang diakibatkan rasa takut dan segan kepada Tuhan secara sungguh-sungguh, yaitu menganggap Tuhan bagaimana ia memperkenalkan dan meyatakan dirinya kepada kita. Namun didalam dinamisme kepercayaan, rasa takut dan hormat bukanlah untuk Tuhan karena orang yang dinamisme belum puas menganggap Tuhan sebagaimana ia menyatakan dirinya, tapi menganggapnya sebagai suatu pribadi yang dikhayalkannya. Didalam dinamisme, kepercayaan dan ketakutan hanya sampai pada daya kekuasaan dan tidak melebihi rasa hormat kepada kekuasaan Tuhan.

7) Uraian Elenktis tentang pengertian ‘Heilig’ atau ‘keramat’ dalam dinamisme
Keramat adalah suatu yang sangat penting dalam dinamisme, karena hal-hal yang berhubungan dengan suatu daya atau kekuatan, pasti berhubungan dengan keramat. Bagi manusia primitif yang keramat bukanlah sesuatu hal yang sempurna tapi suatu yang menunjukkan adanya daya dan kekuatan. Karenanya, bagi manusia yang dinamisme semua yang keramat ada ketentuan awas atau tabuh. Seorang yang saleh atau jahat sama-sama keramat atau tidak ditentukan misalnya oleh apabila seorang yang jahat selalu berhasil dalam usaha dan upayanya maka dia adalah seorang yang keramat karena ada kekuatan. Didalam dinamisme dosa tidaklah berarti buruk atau pelanggaran terhadap perintah allah, melainkan suatu gangguan terhadap daya atau kekuatan itu sendiri.
Keramat dalam dinamisme adalah ‘kudus’ didalam Alkitab, jadi berdasarkan Alkitab suatu manusia atau benda itu adalah kudus, karena Allah adalah kudus. Berdasarkan penurunan bahwa Allah adalah kudus,jadi benda atau manusia yang dipanggil oleh Allah mendapatkan bagian dalam kekudusan Allah itu sendiri. Kekudusan ini sendiri mempunyai dua unsur, yaitu jarak dan tarikkan. Jarak karena Allah adalah kudus menyatakan jarak yang tidak terlintasi antara manusia dengan Allah yang menimbulkan rasa hormat takut karena dari kekudusan Allah keluarlah daya yang membinasakan siapa saja yang tidak menuruti perintahnya. Sedangkan tarikkan karena Allah ang adalah kudus menarik manusia itu sendiri dan mendekatinya, manusia yang berdosa dikaruniakan pendamaian dan bersekutu dangan Allah untuk melayani Dia, jadi manusia yang berdosa menjadi hamba yang kudus, yaitu yang terpanggil dan diraih sendiri oleh Tuhan.
Kekudusan Allah itu juga melindungi manusia dari setiap yang jahat, jadi kekudusan Allah itu menjadi tembok bagi manusia yang terpanggil oleh Allah dan percaya kepada Allah.
Pendamaian juga adalah satu-satunya jalan antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa, dan sebagai yang kudus Allah tidak mau melihat yang jahat dan membiarkan dosa ada didekatnya karena Allah akan meghanguskan yang berdosa dengan api murkanya.
Kekudusan yang dilakukan oleh Allah adalah suatu karya dimana Allah memusnahkan dosa-dosa, dan menghukum manusia yang berdosa dan tidak mau bertobat kepada Tuhan, tapi dilain pihak juga adalah suatu usaha yang dilakukan oleh Allah untuk membebaskan manusia yang berdosa dari dosa-dosanya, dan usaha dari Allah itu nyata dalam diri Yesus Kristus yang dikorbankan Allah untuk keselamatan manusia.
Jadi sekarang sudah jelas pengertian keramat menurut dinamisme dan kudus menurut Alkitab. Jadi kudus menurut Alkitab lebih kepada peralihan terang Kristus. Namun bukan berarti bahwa manusia yang percaya kepada Alkitab lebih baik dari manusia lain, namun seperti dalam Alkitab, manusia berdosa terpanggil untuk mengalami hidup yang baru yang berbeda ketika manusia masih hidup didalam dosa.
Kekudusan Allah itu harus diberitakan kepada orang lain, karena Allah pun senantiasa memanggil mereka dan tidak akan melepaskan mereka. Dan hal yang paling nyata tentang kekudusan Allah dapat kita lihat dalam perbuatan dan perkataan Yesus sendiri yang adalah anak Allah.
Manusia dinamisme mencari ‘yang lain’ dalam dunia ini, sedangkan dalam Yesus Kristus, ‘yang lain’ itu adalah ‘kodrat dan ilahi’ itu sendiri dari Allah yang kudus.


Laporan Penelitian
Tempat Penelitian : Desa Kawangkoan, kec:Kalawat, kab: Minahasa Utara
Waktu : Minggu 17 Mei 2009
Nara sumber : Bpk.Nicolas Tampah (mantan BPD-Kawangkoan,Kalawat)

Ulasan singkat mengenai kehidupan Dotu Macalew:
Dotu Macalew adalah kepala Balak daerah Klabat atas dan Klabat bawah, yakni seluruh daerah Tonsea (cat: kepala Balak = kepala District/major). Beliau memerintah sekitar tahun 1906. Dotu Macalew yang memimpin seluruh daerah Klabat; ketika akan terjadi perang, Dotu Macalew yang mengatur dan menunjuk siapa yang akan memimpin perang. Istinya bernama Ginsawulaan Maramis. Semasa hidupnya Dotu Macalew memegang kekuatan magis yang dipercaya mereka sebagai pelindung diri.
Namun pada saat itu merekapun sudah mengenal Tuhan, mereka mempercayai adanya ke-Maha kuasaan Tuhan. Menurut informasi dari Bpk.Nicolas Tampah, bahwa mereka datang di batu-batu besar atau di pohon-pohon besar tetapi bukan untuk menyembah batu atau pohon tersebut malainkan batu atau pohon tersebut hanya dijadikan tempat mereka untuk sembahyang, tetapi yang mereka sembah itu adalah Tuhan yang mereka kenal dengan sebutan Opo Empung.
Adapun opo Nianis Tampah adalah ajudan dari Dotu Macalew, dimana opo Nianis Tampah mendengarkan segala perintah dari Dotu Macalew. Opo Nianis Tampah inilah yang adalah satu-satunya orang yang dapat membunuh raja Bantik: pada waktu itu, opo Nianis Tampah sedang berhadapan dengan raja Bantik, kemudian opo Nianis Tampah menguji keberanian dari raja Bantik yakni dengan memakan pinang yang ditancapkan di ujung pedang dari opo Nianis, untuk membuktikan keberanian dari raja Bantik maka dia pun memakan pinang yang ditancapkan di ujung pedang, dengan cepat opo Nianis langsung menusukkan pedang ke dalam mulut raja Bantik, seketika itupun matilah raja Bantik.
Keadaan makam dari Dotu Makalew:
Makam Dotu Makalew terletak di desa Kawangkoan, kecamatan:Kalawat, kabupaten:Minahasa Utara; dekat sungai Tondano, kompleks Waruga Wanua Ure Kawangkoan. Makam dari opo Nianis Tampah terletak di pintu masuk menuju makam Dotu Macalew. Menurut nara sumber makam dari opo Nianis tampah adalah sabagai penjaga di daerah makam Wanua ure tersebut.
Makam Dotu Macalew yang menjadi tempat orang-orang bersemedi meminta kekuatan, petunjuk, dan sebagainya. Makam dari Dotu Macalew dirawat oleh orang-orang yang datang meminta kekuatan dari padanya.
Disekitar makam dari Dotu Makalew ada beberapa waruga lagi tetapi sudah tidak terawat, sudah hampir ditutupi rumput-rumput liar, hanya makam Dotu Macalew yang masih tetap terjaga dan terawat kebersihannya.
Kepercayaan kepada makam Dotu Makalew:
Hingga tahun 1980-an, masih banyak orang-orang yang datang di makam dari Dotu Macalew guna untuk meminta kekuatan, petunjuk, dan sebagainya. Orang-orang yang datang meminta kekuatan tidak mesti dalam lingkaran garis keturunan, namun orang yang diluar garis keturunan juga dapat datang meminta kekuatan yang terpenting ia datang dengan hati yang tulus. Sekarang pun masih ada orang-orang yang datang di makam Dotu Macalew, tetapi sudah jarang tidak seperti tahun 80-an silam. Banyak orang yang datang dan mempercayai kekuatannya karena memang sudah terbukti. Adapun pegangan atau kekuatan yakni berupa ikat pinggang kain berwarna merah, saat memakai ikat pingang ini maka harus diawali dengan mengucapkan doa sebagai mantra dalam bahasa Tombulu: isi dari doa adalah memohon peyertaan dari Opo Empung; ikat di lengan tangan juga berupa kain berwarna merah; dan sapu tangan/lenso berwarna merah bertuliskan nama opo yang dipegang.
Ritual yang digunakan adalah dengan membuat tetengan yakni memanggil opo-opo datang untuk meminta sesuatu yang diinginkan; membawa sesajen dan mengucapkan doa-doa khusus dalam bahasa Tombulu, sesajen tersebut berupa sirih pinang, cap tikus, saguer (dari pohon aren),nasi bungkus, tabaku dan disertai dengan membakar kemenyan. Cara opo-opo tersebut memberikan jawaban adalah dengan merasuki orang lain yakni opo-opo menggunakan tubuh orang lain supaya dia dapat berkomunikasi dengan orang yang memanggilnya.
Adapun syarat atau pantangan yang harus dipenuhi adalah kekuatan yang diminta tidak boleh dilakukan untuk kejahatan, melainkan hanya sebagai pelindung diri saja, juga setiap bulan purnama maka harus diadakan puasa selama tiga hari; jika syarat atau pantangannya tidak dilaksanakan maka kekuatan yang ada pada orang tersebut akan menghilang. Pegangan tersebut harus diatur dengan baik, jika tidak maka pegangan tersebut akan memakan orang yang menggunakannya, yakni orang tersebut akan sakit-sakitan pada masa tuanya. Sebelum meninggal, orang yang yang memiliki pegangan tersebut harus melepaskan pegangannya (di kembaikan kepada makam dari opo-opo yang dipegang) atau diturunkan pada anaknya. Hal tersebut juga dilakukan dengan ritual yakni dengan membaca doa-doa dalam bahasa Tombulu. Untuk melepaskan pegangan tersebut dapat dilakukan sendiri atau bisa juga dibantu oleh orang lain yang mengerti akan hal seperi itu, jadi tidak sembarangan orang.
Cerita tersebut diatas adalah berdasarkan pengalaman dari seorang bapak yang juga pernah mempercayai dan bahkan sebagai pemegang kekuatan magi, pegangan terebut diberikan oleh kakak beliau dan kakak beliau memperolehnya dari kakek mereka. Namun sekarang ini pegangan yang dimiliki oleh bapak tersebut sudah dilepaskan, sudah dikembalikan lagi kepada makam Dotu yang dipegangnya.
(Jr. Honig A.G. “Ilmu Agama”, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2005)

Refleksi Teologis:
Sebagai umat Kristen, kita diajarkan untuk percaya sepenuhnya kepada Kristus. Karena hanya Dialah satu-satunya sumber kekuatan, hanya Dia yang dapat memberikan kita kesehatan, pengetahuan, hikmat, bahkan nafas hidup serta jalan keluar atau petunjuk dari segala masalah dan pergumulan yang kita hadapi. Tuhan Allah akan sangat sangat murka jika kita percaya dan menyembah ilah lain, bahkan ketika kita meminta segala sesuatu darinya. Janganlah kita mengecewakan hati Tuhan karena Dia telah menciptakan kita.
Keluaran 20:4-5a:
jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya sebab Aku, Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu;
Kisah Para Rasul 17:24
Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan manusia.

Rabu, 16 Desember 2009

this is happy day to me!!!
He Loved me, and I aLso feeL Like that.
Other people can't be remove his position in my heart.
I promise that u're aLways be a part of me... ALways be my baby!!!
Louph u AP 161209...

Selasa, 08 Desember 2009

I get a sign of him...
Maybe Love?? 'don't kn0w!?!'

Minggu, 06 Desember 2009

bukan untuk mu lagi...
takkan ada kamu lagi!

Jumat, 04 Desember 2009

I Yoh 2;15-17

janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada didalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu.
sebab semua yang ada dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Hosea

HOSEA 8 : 1 – 14
“Keruntuhan Israel sebagai akibat kedurhakaannya”

A. Penentuan Naskah
  • Alasan pemilihan naskah
Pada dasarnya kelompok membahas naskah ini adalah untuk menjawab suatu tugas dalam mata kuliah Hermeneutik PL II, yakni sebagai materi pembahasan kelompok 8. Namun, setelah melihat keseluruhan naskah, kelompok menjadi tertarik karena di dalamnya menceritakan suatu keluarga yakni keluarga Hosea dimana Pernikahan Hosea merupakan gambaran kehidupan dari suatu bangsa yang tidak setia kepada Tuhan yakni bangsa Israel sehingga mendapat penolakan tetapi juga pemulihan dari Tuhan. Sangat menarik untuk diketahui bagaimana kisah keluarga ini yang menggambarkan kehidupan bangsa Israel, untuk itu pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai kisah ini khususnya tentang ‘keruntuhan Israel sebagai akibat kedurhakaannya’ (Hosea 8:1-14).
  • Hubungan dengan pasal sebelum dan sesudahnya
Naskah ini (Hosea 8:1-14) memiliki kaitan dengan pasal sebelum dan sesudahnya, dimana diawali dengan pernikahan Hosea dengan Gomer yang menghasilkan tiga orang anak sebagai tanda-tanda nubuat bagi Israel yakni Yizreel (Allah mencerai-beraikan), Lo-Ruhama (Tidak dikasihi) dan Lo-Ami (Bukan umat-Ku). Kasih Hosea yang tekun kepada istrinya yang pezinah melambangkan ketabahan kasih Allah kepada Israel (ps 1-3).
Selanjutnya rangkaian nubuat oleh Hosea yang menyamakan ketidaksetiaan Israel dengan ketidaksetiaan istrinya. Perbuatan Gomer yang meninggalkan Hosea untuk kekasih lainnya (pasal 1; Hos 1:1-22) melambangkan Israel yang meninggalkan Allah (pasal 4-7; Hos 4:1--7:16). Gomer direndahkan (pasal 2; Hos 2:1-22) untuk melambangkan rasa malu dan hukuman atas Israel (pasal 8-10; Hos 8:1--10:15). Perbuatan Hosea yang menebus Gomer dari pasar budak (pasal 3; Hos 3:1-5) melambangkan keinginan dan rencana Allah untuk memulihkan Israel di masa depan (pasal 11-14; Hos 11:1--14:10). Kitab ini menekankan bahwa karena Israel telah menolak kasih Allah dan panggilan-Nya untuk bertobat, maka hukuman tidak bisa ditunda lagi.

B. Kesan
Dalam naskah ini dapat ditemukan sejumlah ucapan-ucapan yang hubungannya agak lepas satu sama lain. Sebagian besar bentuknya adalah firman Allah langsung, selainnya adalah perkataan nabi yang bertindak atas nama Tuhan. Namun tidak menyembunyikan maksud untuk memperlihatkan secara konkret, bagaimana dosa-dosa Israel menjadi sebab sehingga penghukumanpun dijatuhkan atas Israel.
  • Tokoh dan peranan
- Tuhan: Allah Israel yang tidak berkenan atas tindakan Israel yakni menduakan Dia, sehingga Dia memberikan hukuman atas Israel yang dibalik semuanya itu ada rencana Allah untuk memulihkan Israel.
- Umat Israel: umat kesayangan Tuhan, namun mengkhianati Tuhan yakni menyembah berhala.
- Hosea : Hosea "Keselamatan (ada) pada TUHAN" atau "TUHAN adalah keselamatan", Ibrani Standar Hošea?, Ibrani Tiberias Hôšea?, bahasa Yunani ?s?? = Osee) adalah anak Beeri dan seorang nabi di Israel pada abad ke-8 SM. Ia adalah salah seorang dari keduabelas nabi kecil dalam Perjanjian Lama. Ia tinggal di Kerajaan Utara (Israel Utara) pada periode 740–725 SM .
Ia yang menyampaikan pesan Tuhan kepada orang-orang Israel.

  • Bentuk Sastra
Bentuk sastra dalam naskah ini adalah puisi. Segala perbuatan dosa umat Israel bahkan berita penghukuman atas Israel diberitahukan dalam bentuk puisi. Lebih jelas terlihat pada ayat 1-10 dimana kata-katanya tidak secara langsung dapat dimengerti, terdapat beberapa perumpamaan di dalamnya. Pada ayat 11-14, meskipun berbentuk puisi namun kata-katanya sudah cukup jelas atau dapat dimengerti.

C. Latar belakang
  • Penulis
Penulis naskah ini adalah Hosea (Alkitab Rainbow & http://alkitab.sabda.org).
Hosea hidup + tahun 750 SM . Hosea memulai pelayanannya pada masa akhir pemerintahan Yerobeam II, Israel sedang mengalami kemakmuran ekonomi dan kestabilan politik untuk sementara waktu yang menciptakan rasa aman yang palsu. Akan tetapi, segera setelah Yerobeam II wafat (753 SM), keadaan bangsa itu mulai memburuk dengan pesat dan menuju kehancurannya yang terjadi pada tahun 722 SM.
  • Penerima naskah
Hosea bernubuat kepada bangsanya sendiri, yakni Israel. Hal ini tampak dari1:
1) banyak acuannya kepada "Israel" dan "Efraim" (dua sebutan terkemuka bagi kerajaan utara) serta "Samaria" (ibu kota kerajaan utara),
2) acuannya kepada raja Israel di Samaria sebagai "raja kita" (Hos 7:5), dan
3) perhatiannya yang mendalam akan kebobrokan rohani, moral, politik dan sosial Israel
  • Tujuan
Nubuat Hosea adalah usaha terakhir Allah untuk memanggil orang Israel supaya bertobat dari penyembahan berhala dan kefasikan mereka yang tak kunjung berakhir sebelum menyerahkan mereka kepada hukuman penuh atas dosa-dosa mereka.
Kitab ini ditulis untuk menyatakan:
1) bahwa Allah mempertahankan kasih-Nya kepada umat perjanjian-Nya dan dengan sungguh-sungguh ingin menebus mereka dari kejahatan mereka, dan
2) bahwa hal-hal menyedihkan terjadi apabila orang terus-menerus tidak menaati Allah dan menolak kasih-Nya yang menebus.
Ketidaksetiaan istri Hosea dicatat sebagai gambaran ketidaksetiaan IsraeL kepada Allah. Gomer mengejar-ngejar laki-laki lain, sedangkan Israel mengejar-ngejar dewa-dewa lain; Gomer melakukan zina jasmaniah, sedangkan Israel zina rohani.
Waktu/Tempat Penulisan
Raja-raja yang disebutkan dalam Hos 1:1 merupakan petunjuk tentang kurun waktu terpanjang bagi berlakunya nubuatan Hosea, yaitu dari 780-692 SM, tetapi rupanya sebagian besar karyanya ditulis dalam periode antara tahun-tahun terakhir pemerintahan Yerobeam dan jatuhnya Samaria -- yaitu kira-kira tahun 755-722 SM. Hosea merupakan penulis kedua dari empat penulis yang dikenal sebagai nabi abad kedelapan (Amos, Hosea, Yesaya dan Mikha) 1.
+ tahun 790 dan 710 SM dengan rentang waktu sekitar 45 tahun (Alkitab Rainbow);
Sedangkan tempat penulisan di Israel (Kerajaan Utara).
  • Situasi yang terjadi
Politik, Ekonomi dan Keagamaan: Diduga nabi Hosea mulai bernubuat pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Raja Yerobeam II (bnd. 1:4 “sedikit waktu lagi”), jadi sekitar tahun 750, maka lamanya ia bekerja dapat ditaksir + 30-35 tahun (Raja Hizkia masih disebut): pada periode ini sangat kacau .
Ketika Hosea memulai pelayanannya pada masa akhir pemerintahan Yerobeam II, Israel sedang mengalami kemakmuran ekonomi dan kestabilan politik untuk sementara waktu yang menciptakan rasa aman yang palsu. Akan tetapi, segera setelah Yerobeam II wafat (753 SM), keadaan bangsa itu mulai memburuk dengan pesat dan menuju kehancurannya yang terjadi pada tahun 722 SM. Setelah kematian Raja Yerobeam II, empat raja Israel terbunuh; dalam 15 tahun lagi Samaria merupakan puing-puing berasap dan penduduk Israel dibuang ke Asyur dan kemudian disebarkan di antara berbagai bangsa. Pernikahan Hosea yang tragis dan firman nubuatnya dipadukan sebagai pesan Allah kepada Israel sepanjang tahun-tahun terakhir yang kacau menuju kehancurannya ini1.
Umat Israel pada waktu itu melangkahi perjanjian Tuhan dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya (ay.1). Penghukuman diberitahukan karena penyelewengan Israel dalam enam bidang kehidupannya, yaitu bidang politik dalam negeri (4a), penyembahan berhala (4b), ibadah anak lembu(5-6), politik luar negeri (8-10), agama dan kebaktian palsu (11-13) dan policy pembangunan kota (14). Sehingga Allah dan ‘yang baik’ telah ditolak .

D. Eksposisi
† Hosea 8:1-3 “pemberitahuan hukuman”
† Hosea 8:4 “awal mula penyelewengan Israel”
† Hosea 8:5-6 “Israel melangkahi perjanjian Tuhan”
† Hosea 8:7 “sindiran terhadap Israel”
† Hosea 8:8-10 “hukuman atas Israel”
† Hosea 8:11-13 “penyelewengan Israel bertambah-tambah”
† Hosea 8:14 “Israel telah melupakan pembuatnya; jauhilah penyembahan berhala”

Tafsiran
† 8:1-3
Dengan cara yang menakutkan dan mengejutkan diberitahukan hukuman. Tiupan sangkakala (bnd 5:8) adalah untuk memberi isyarat bahaya. Hati-hati! Awas ada bahaya, serangan musuh akan datang (yang dimaksud ialah tidak lain dari pada Asyur meskipun namanya tidak disebut): serangan laksana rajawali (dahulu kala gambaran untuk pelayanan dan perlindungan oleh Allah, Kel. 19:4; Ul. 32:11; disini kiasan untuk kecakapan dan pembinasaan bnd. Hab. 1:8) atas rumah Tuhan (=negeri Israel, bnd 9:15; Yer. 12:7 dan pemikiran bahasa pada waktu itu, mis. dalam 1:4).
Dikemukakan tiga alasan (oleh karena) mengapa Israel akan diserang oleh kuasa musuh, dan itu atas perintah Allah!
a. Dasar-dasar kehidupan sebagai bangsa kudus diingkari.
b. Cara bersekutu dengan Allah dipandang ringan.
c. Keselamatan ditolak.
Atas dasar ketiga alasan, dipertegas hukuman Allah: biarlah musuh mengejar dia! Hal yang mengerikan ialah bahwa Allah membiarkan musuh itu merajalela. Oleh sebab penolakan mereka secara menyeluruh terhadap Allah.

† 8:4
Mulai dari ayat ini sampai pada akhir pasal 8, ditunjukkanlah secara konkret bangsa Israel yang mengadakan penyelewengan-penyelewengan, sehingga mereka melangkahi perjanjian Tuhan dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya. Yang pertama: dibidang politik dalam negeri: Mereka telah mengangkat raja, tetapi tanpa persetujuan-Ku; mereka mengangkat pemuka, tetapi dengan tidak setahu-Ku. Di dalam segenap sejarah Israel Utara kelihatanlah benang merah, yang menyatakan durhaka dan dosa terhadap Tuhan, sungguhpun Yerobeam I diangkat menjadi raja atas nama Tuhan. Akan tetapi kecongkakan Israel semakin besar, dan Israel semakin lama semakin menyesuaikan diri dengan cara pemerintahan raja diluar negeri- terutama pada tahun-tahun terakhir telah terjadi revolusi demi revolusi (bnd. 7:3-7). Raja yang ini digulingkan oleh raja yang itu, raja yang satu oleh raja yang lain, raja yang lain oleh raja yang berikutnya dan demikianlah seterusnya. Dan keadaan semacam itu bertentangan dengan kehendak Allah… sebenarnya sejak semula, Tuhan Allah hanya mengizinkan satu orang raja sebagai konsesi, artinya mengingat kelemahan umat-Nya. Dan syaratnya dikemukakan bahwa Ia sendiri akan memilih raja, dan sang raja harus taat kepada Tuhan (I Sam 8-11). Tetapi apabila unsur teokrasi itu (pemeritahan atas nama Allah) sudah hilang sama sekali, maka kesudahan sejarah kerajaan Israel telah tiba.
Penyelewengan di bidang kedua ialah penyembahan berhala. Dari kekayaan mereka akan emas dan perak (hadiah dari Allah, bnd. 2:7!) mereka membuat berhala bagi dirinya sendiri, dari pada hidup bersyukur kepada Allah dan mengabdi kepadaNya. Maka anugerah-Nya diputar balikkan menjadi penyembahan berhala (bnd. 4:17). Tetapi berhala-berhala semacam itu sebenarnya tidak bisa tahan di hadapan Allah yang hidup: mereka dilenyapkan. Di sini sudah disiapkan pengakuan di kemudian hari bahwa berhala-berhala itu adalah “ketidakadaan” (Yes 41:29) dan para pembentuk atau penyembahan adalah kesia-siaan (Yes 44:9).

† 8:5-6
Kedua ayat ini menyebut penyelewengan yang ketiga, dimana orang-orang Israel melangkahi perjanjian Tuhan. Yang ditentang di sini, yakni kebaktian kepada anak lembu, jelas sekali seperti menyinggung kebaktian Baal. Kita teringat kepada dosa Israel, di bawah pimpinan Harun, imam itu, segera setelah diadakan perjanjian di Sinai, tatkala anak lembu emas dibuat (Kel 32). Juga kepada raja Yerobeam I, yang pada permulaan sejarah kerajaan Israel Utara mendirikan dua anak lembu emas di Betel dan di Dan, sebagai persaingan terhadap kebaktian di Yerusalem (Yehuda) “Hai Israel lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau dari tanah Mesir” (I Raj 12:28=Kel 32:4!). Anak lembu (jantan) merupakan gambar dan lambang Baal (yang melambangkan kekuatan prokreasi atau kebiakan). Yang dimaksudkan “anak lembu Samaria” (ay.5,6), tidak lain dari patung anak lembu yang didirikan Yerobeam di Betel (bnd. 10:5 “anak lembu Bet-Awen” = Betel) dan Amos 7:13 dimana Betel disebut “tempat kudus raja… bait suci kerajaan”. Rupanya penduduk kota Samaria suka berziarah ke Betel untuk melakukan ibadah nasional yang bersifat Baalisme. Itulah sebabnya murka (Allah) menyala terhadap mereka. Ditukarkannya secara terang-terangan nama-Nya dan kebaikan-Nya adalah kekejian. Allah “menderita” dan bergumul karena kemurtadan umat-Nya : sampai berapa lama tidak dapat disucikan orang-orang Israel itu?. Patung anak lembu itu adalah buatan manusia (dibuat oleh tukang). Rupanya patung itu dibuat dari kayu (memang dibakar dengan api, Kel. 32:20) dan dilapisi dengan emas. Karena itu dapat juga menjadi serpih anak lembu samaria itu! Buatan manusia itu tidak dapat mengganti tindakan Allah, hanya dapat meniadakannya. Makanya Allah menolak ibadah peniruan dan penipuan itu, sama seperti bangsa ini “menolak” keselamatan-Nya (ay. 3).

† 8:7
Ayat ini merupakan selingan dalam pembicaraan, yakni kiasan-kiasan dalam bidang pertanian. Seluruh minat rakyat diarahkan kepada hasrat untuk menabur dan menuai: sikap hidupnya disebut materialisme kesuburan. Tetapi apa yang ditabur (dikerjakan) mereka adalah tidak lain dari angin (Ibr. Ruakh yang di sini diartikan: kesia-siaan, kepercayaan kepada kuasa-kuasa lain). Dan itu akan menghasilkan puting beliung (=kebinasaan bencana). Hukuman atas diri mereka karena kesalahan mereka sendiri! Kiasan berikutnya yang dapat disalin dengan gandum yang belum menguning tidak menghasilkan tepung. Juga menunjuk kepada kuasa-kuasa lainnya yang menjadi andalan Israel meskipun kuasa-kuasa ini tidak berdaya dan tidak berhasil. Dapat pula diartikan secara harafiah: para berhala tidak sanggup menjamin panen yang diharapkan. Dan kalaupun masih ada sedikit hasil di ladang, maka orang-orang lain (atau: asing) memakannya, yakni musuh yang sedang menyerang (ay.1 dan 3; bnd. 7:9).

† 8:8-10
Kata pertama mengulangi kata terakhir dari ayat 7: menelannya- ditelan. Hukuman bukan saja akan berlangsung dimasa depan, melainkan telah mulai nyata, disebabkan penyelewengan Israel yang keempat yakni politik luar negeri yang salah. Akibatnya ialah bahwa tentara Asyur menyerbu, merebut dan “menelan” sebagian besar dari wilayah Israel Utara yang terbaik. Sekarang itu ada di antara bangsa-bangsa seperi barang yang tidak disukai orang: milik yang kurang menarik dan tidak berharga. Israel telah menajiskan diri (6:10) dengan demikian ia kehilangan kepribadian sebagai bagsa pilihan Allah.
Alasan (sebab) kebinasaan Israel itu ialah politik persahabatan yang salah (ay. 9): mereka telah pergi ke Asyur (bnd. 5:13) mereka mempercayakan diri kepada kekuatan yang justru mengancam negara mereka sendiri. Dan politik itu sebenarnya disejajarkan oleh Hosea dengan kemurtadan keagamaan, dan juga disebut “zinah”, oleh karena mereka tidak setia terhadap Allah dan perjanjian-Nya. Daya tarik Israel demikian sedikit, sehingga dia menawarkan diri untuk bercabul. Malah, dia tidak menerima upah sundal dari pihak para kekasihnya (bnd. 2:11; 9:1), melainkan Efraim telah membagi-bagi hadiah cinta. Dalam 2 Raj. 17:3 raja Hosea bin Ela harus membayar upeti yang sangat berat kepada raja Asyur , dan peristiwa itu oleh nabi Hosea dimaki dengan menyamakannya dengan upah sundal yang terbalik! Dengan memakai permainan-kata dengan nama Efraim , dia mengumpamakan bangsa Israel sebagai keledai hutan yang memencilkan diri: sama sekali tidak lagi laku, tetapi binatang sejenis itu masih membiarkan diri diketemukan pada waktunya (Yer 2:24), sedangkan Israel memberi diri untuk disundali!
Apa gunanya segala hadiah itu diantara segala bangsa-bangsa? Hanya mengakibatkan hukuman Allah: sekarang ini Aku akan mengumpulkan mereka. Juga di lain tempat, kata kerja ini dipakai untuk menyatakan penghukuman: Yoel 3:11; Zef. 3:8 dan penghukuman itu akan dilaksanakan. Pencampuran diri di antara bangsa-bangsa tidak diperkenankan. Bagian kedua dari ayat ini sulit di artikan, tetapi setidak-tidaknya mengenai akibat-akibat campur tangan Allah: dan sebentar lagi mereka akan berhenti mengurapi raja dan para pemuka. Politik para raja (bnd. 7:3-7;8-4) akan berakhir.

† 8:11-13
Dalam ayat-ayat ini dilukiskan penyelewengan Israel yang kelima, yakni kesalehan dan kebaktian palsu. Perjanjian Tuhan dilangkahi dengan memperbanyak mezbah. Tindakan itu bukanlah jalan keselamatan melainkan sebaliknya: mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa. Tetapi Allah menunjukkan jalan lain (ay.12): sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku(torah-torah!): itulah jalan ketaatan, jelas penyesalan, jalan kasih setia dan kepercayaan yang nyata dalam kasih (bnd. 4:1-6). Dosa-dosa memang ditutupi dengan upacara-upacara khidmat, tetapi Allah tidak memberi pendamaian dengan jalan itu. Pendamaian hanya dapat diharapkan dari firman-Nya, dari pemberitaan kasih karunia-Nya, yang sebagian telah berbentuk buku pada zaman Hosea. Tetapi itu akan dianggap mereka sebagai sesuatu yang asing. Yaitu sebagai suatu yang bukan asli, yang tidak termasuk kepada ikatan perjanjian semula, yang berasal dari pihak luar. Allah telah ditolak (ay. 3) dan dilupakan (ay. 14), tambahan pula, firman-Nya dipandang ringan.
Namun demikian, mereka mencintai korban sembelihan (ay. 13) oleh karena dari binatang korban semacam itu diuntukkan bagi imam, tetapi selebihnya dimakan bersama secara perjamuan (bnd. Im.17:6-7). Dan itulah yang dicita-citakan mereka! Mereka mempersembahkan daging dan memakannya. Apa yang mereka ingini adalah makan semau-maunya. Tetapi Tuhan tidak berkenan kepada mereka. “Tuhan berkenan kepada” adalah rumusan tetap untuk menyatakan, apakah persembahan korban Ia terima baik atau tidak (Im. 1:3; 19:5; 22:19; Ams. 4:22; Mi. 6:7; Hos. 6:6). Pembawa korban maupun korban persembahan itu sekaligus ditolak, oleh karena niatnya sudah salah. Sama seperti dengan ayat 10, disini pun penghukuman didahului oleh sekarang: ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka (9:9b). Untuk “mengingat” (Ibr. zakar), bnd. 7:2. Dan untuk “menghukum”(paqad), bnd. 1:4; 2:12; 4:9. Yang dimaksudkan adalah perbuatan-perbuatan jahat yang terus-menerus diulangi (“dosa”) ataupun beban dosa yang bertimbun-timbun (“kesalahan”). Penghukuman yang akan datang itu disimpulkan dalam kalimat yang terakhir: mereka harus kembali ke Mesir! Yahwe telah membebaskan Israel dari mesir, dari rumah perbudakan disana dan mengadakan perjanjian dengan dia di Sinai dan selanjutnya memberikan Torah-Nya. Tetapi Israel telah melangkahi dan mendurhaka terhadap Torah-Nya (ay. 1), dan akibatnya ialah bahwa kebebasan yang dikerjakan Allah, dahulu itu ditiadakan sekarang! Rakyat telah mempercayakan diri kepada dewa-dewa dan kuasa-kuasa lain, dan dengan itu mereka terus menerus melanggar titah pertama (dan oleh kerena itu yang lain-lain juga! Bnd 4:2). Ia telah terjatuh kembali kepada perhambaan dosa. Dan Allah membiarkan dia pergi. Sejarah keselamatan akan ditiadakan. Israel telah kembali pada suatu titik-tolak yang terletak sebelum pembebasannya. Disamping itu boleh juga diartikan sebagai kebiasan Israel untuk meminta pertolongan kepada Mesir dalam pemberontakan kepada Asyur, dan boleh jadi juga menyinggung tempat pelarian, kemana mereka akan mencari keluputan, tetapi akan mendapat olok-olok.

† 8:14
Dalam ayat ini menyimpulkan seluruh inti dakwaan tadi dimana Israel telah melupakan pembuatnya. Dia menjadikan mereka suatu bagsa yang kudus, bangsa pilihan, bangsa yang bebas, bangsa perjanjian. Dan sekarang Ia dilupakan (2:12; 4:6) makanya Allah akan melupakan dia! Dan disini penghukuman itu di ungkapkan dengan menunjuk kepada penyelewengan yang keenam; dimana Israel telah mendirikan istana-istana; Yehuda telah memperbanyak kota-kota yang berkubu (kota-kota perlindungan), dari pada percaya kepada Allah. ”Aku akan melepas api ke dalam kota-kota mereka, sehingga pur i mereka dimakan habis”

E. Teologi naskah
  • Allah tidak menghendaki sikap bangsa Israel yang megingkari perjanjian dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya: “mereka telah melangkahi perjanjian-Ku dan telah mendurhaka terhadap perjanjian-Ku”. (ay. 1)
  • Allah tidak berkenan kepada umat yang melupakan-Nya: “kepada-Ku mereka berseru-seru: Ya Allahku, kami Israel, mengenal Engkau!” (dengan bibirnya mereka berkat mengenal Allah. Tetapi dengan sikap mereka terlihat kalau mereka telah melupakan-Nya). (ay. 2)
  • Allah tidak menghendaki umat bertindak semaunya: “mereka telah mengangkat raja, tetapi tanpa persetujuan-Ku……”. (ay. 4)
  • Allah tidak menghendaki umat-Nya menyembah allah lain: “mereka membuat berhala bagi dirinya sendiri”. (ay.5-6)
  • Allah membiarkan umat sehingga apa yang diusahakan tidak berhasil:“… gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka…” (ay.7)
  • Allah tidak menghendaki suatu bangsa mengandalkan bangsa lain: “mereka telah pergi ke Asyur” (Israel mempercayakan diri kepada Asyur) (ay.9)
  • Allah selalu memberikan petunjuk bagi umat-Nya: “sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku,….” (ay.12)
  • Allah akan mendatangkan kebinasaan bagi mereka yang tidak dikehendaki-Nya: “… Aku akan melepas api ke dalam kota-kota mereka…”

F. Kaitan dengan Perjanjian Baru
Dosa-dosa Israel telah menjadi penyebab penghukuman Allah atas mereka. Dosa-dosa yang dilakukan Israel adalah penyembahan berhala dan dengan demikian umat Israel mengingkari perjanjian dengan Allah. Dalam Perjanjian Baru, Allah dalam Yesus Kristus tetap tidak menghendaki adanya penyembahan berhala. Tema penyembahan berhala adalah salah satu tema yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh dalam PB: Roma 2:22; I Kor 10:7,14-21; Ef 5:5, dll.
“karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala” (I Kor 10:14).

G. Relevansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip dari wikipedia, kata berhala awalnya mempunyai arti patung dewa. Kemudian penggunaannya meluas menjadi makhluk/benda (matahari, bulan, malaikat, hewan) apa saja yang disembah selain Allah termasuk dalam kategori berhala. Sedangkan kata kerja dari ‘memberhalakan’ berarti memuja dan mendewakan. Memberhalakan sesuatu tidak berarti pemujanya harus mengatakan: “inilah tuhan yang harus disembah”.
Selanjutnya kata ‘memberhalakan’ meluas maknanya, dapat diartikan kepada rasa cinta seseorang terhadap sesuatu melebihi rasa cintanya kepada Tuhan Sang Pencipta. Misalnya, lebih takut dan atau rasa cinta kepada seseorang/benda tertentu dibanding rasa takut dan atau rasa cinta kepada Tuhan. Dengan demikian, pengagungan terhadap suatu jabatan secara berlebihan dan bersedia menempuh berbagai cara demi menggapai jabatan itu termasuk bagian dari penyembahan berhala.
Contoh konkritnya dapat dilihat pada beberapa waktu yang lampau dimana mereka yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan, untuk memperoleh suara terbanyak mereka sampai rela mengeluarkan dana yang terbilang besar, baik untuk keperluan kampanye dan keperluan lainnya. Semuanya dilakukan untuk memperoleh jabatan.
Mereka yang mengincar berbagai jabatan di lembaga eksekutif, legislatif atau perusahaan negara. Tanpa sadar, jabatan-jabatan itu bagai ditempatkan pada posisi suci yang harus digapai dengan berbagai cara, bak hamba yang rela memersembahkan segala-galanya bagi tuannya. Mereka rela mengorbankan harta benda, tenaga dan pikiran demi cita-cita merangkul jabatan yang diidamkan.
(http://www.serambinews.com/news/view/28497/penyembahan-berhala-di-aceh)
Pertanyaan yang muncul, adakah di antara mereka yang dengan suka rela dan tanpa kepentingan politis untuk menafkahkan harta miliaran rupiah bagi kepentingan pelayanan Tuhan, untuk panti asuhan, gereja, sekolah-sekolah? Adakah di antara mereka yang rela menyumbang untuk mengangkat derajat fakir miskin? Rasanya tidak, karena menyantuni fakir miskin mungkin dianggap tidak menjanjikan apa-apa sebagaimana janji yang diberikan oleh jabatan yang diincar. Hanya sedikit saja orang yang mau mengorbankan harta dalam jumlah besar untuk berbagi dengan saudara seiman yang nasibnya tidak beruntung.
Selain itu juga, masa kini muncul berhala-berhala modern seperti kecantikan atau ketampanan, seks, aneka macam alat-alat elektronik seperti HP, TV, mobil/sepeda motor dst.. Saat ini di kalangan selebritis kecantikan adalah hal yang sangat diutamakan, segala macam cara ditempuh untuk tetap eksis dalam persaingan dunia tersebut. Sebagai contoh konkrit beberapa daftar nama artis yang melakukan operasi plastik sudah banyak beredar di masyarakat, dengan melihat perubahan fisik sang seleb: Krisdayanti, dalam bukunya “My Live, My Secret” yang ditulis Alberthiene Endah, ibu 2 anak ini mengaku beberapa kali melakukan operasi plastik dan sedot lemak di Bangkok dan Singapura (http://oktavita.com/operasi-plastik.htm). Selanjutnya artis Dewi Persik yang melakukan operasi plastik di daerah dagu, hidung, dan pipi. Wajah keseluruhan DP kalau dilihat secara seksama sangat berbeda dengan sebelumnya (http://oktavita.com/dewi-persik-operasi-plastik.htm).
Contoh berhala modern lainnya ialah Facebook.
Wabah facebook melanda Indonesia. Dalam kurun waktu lima bulan, lebih dari satu juta masyarakat Indonesia menjadi pengguna komunitas Facebook yang bercokol di dunia maya internet ini. Facebook menurut sebagian besar masyarakat pengguna mengaku, ada banyak keuntungan jika tergabung dalam komunitas jejaring sosial internet ini. Bahkan bagi anak-anak muda saat ini, rasanya tidak gaul bila tidak ikut daftar jadi anggota komunitas Facebook. Kebanyakan dari mereka setuju dengan kehadiran Fcebook namun tidak sedikit yang merasa keberatan (http://warnadunia.com/wabah-facebook-di-indonesia/).
Tapi jangan dilihat dari dampak positifnya saja, facebook juga memiliki dampak negatif yang tanpa disadari mungkin ada diantara kita juga termasuk salah satu yang terkena dampak tersebut. Misalkan bagi pecinta Game Poker Facebook (dalam permainan ini, para pemain bermain layak nya di meja judi, meskipun hanya sekedar permaian perhitungan matematis yang sederhana ,namun permainan ini sudah merasuki para facebooker (pengguna facebook). Bedanya,poker di facebook tidak menggunakan uang. Yang lebih parah lagi sekarang game poker facebook tidak hanya dimainkan dikalangan remaja (laki-laki/perempuan) dan orang tua saja, anak-anak dibawah umur sekalianpun sudah banyak yang mengetahui permainan ini dan menghabiskan waktu yang lama untuk bermain game poker ini. Biasanya memang tidak sedikit waktu yang tersita untuk bermain game poker ini. Malahan memakan waktu berhari-hari untuk bermain game ini.
(http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/1963311-berjudi-dunia-maya/ & http://tengkukhairil.blogspot.com/ )
Bahkan kebiasaan main poker terjadi di kalangan anggota dewan (pada jam kerja pula), hal inilah yang menjadi perhatian mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Indonesia Wilayah IV Sulawesi
(http://www.tribun-timur.com/read/artikel/57570).

Semuanya itu adalah sarana bukan tujuan, maka marilah kita fungsikan semuanya itu untuk membantu kita agar lebih memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan Allah di dalam hidup sehari-hari, melalui atau dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dan pertama-tama dalam dan melalui sesama manusia.





Daftar Pustaka:
  • Alktab Rainbow, LAI
  • Blommendaal. J. Pengantar kepada PL, Jakarta: Gunung Mulia, 2008
  • Browning WRF. Kamus Alkitab, Jakarta: Gunung Mulia, 2008
  • Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid I), YKBK/OMF, Jakarta, 2007
  • Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid II), YKBK/OMF, Jakarta, 2007
  • Kuiper A. Tafsiran Alkitab:Kitab Hosea, Jakarta: Gunung Mulia, 2008
  • Lasor W.S. Pengantar PL2: sastra dan nubuat, Jakarta: Gunung Mulia, 2007