Rabu, 16 Desember 2009

this is happy day to me!!!
He Loved me, and I aLso feeL Like that.
Other people can't be remove his position in my heart.
I promise that u're aLways be a part of me... ALways be my baby!!!
Louph u AP 161209...

Selasa, 08 Desember 2009

I get a sign of him...
Maybe Love?? 'don't kn0w!?!'

Minggu, 06 Desember 2009

bukan untuk mu lagi...
takkan ada kamu lagi!

Jumat, 04 Desember 2009

I Yoh 2;15-17

janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada didalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu.
sebab semua yang ada dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Hosea

HOSEA 8 : 1 – 14
“Keruntuhan Israel sebagai akibat kedurhakaannya”

A. Penentuan Naskah
  • Alasan pemilihan naskah
Pada dasarnya kelompok membahas naskah ini adalah untuk menjawab suatu tugas dalam mata kuliah Hermeneutik PL II, yakni sebagai materi pembahasan kelompok 8. Namun, setelah melihat keseluruhan naskah, kelompok menjadi tertarik karena di dalamnya menceritakan suatu keluarga yakni keluarga Hosea dimana Pernikahan Hosea merupakan gambaran kehidupan dari suatu bangsa yang tidak setia kepada Tuhan yakni bangsa Israel sehingga mendapat penolakan tetapi juga pemulihan dari Tuhan. Sangat menarik untuk diketahui bagaimana kisah keluarga ini yang menggambarkan kehidupan bangsa Israel, untuk itu pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai kisah ini khususnya tentang ‘keruntuhan Israel sebagai akibat kedurhakaannya’ (Hosea 8:1-14).
  • Hubungan dengan pasal sebelum dan sesudahnya
Naskah ini (Hosea 8:1-14) memiliki kaitan dengan pasal sebelum dan sesudahnya, dimana diawali dengan pernikahan Hosea dengan Gomer yang menghasilkan tiga orang anak sebagai tanda-tanda nubuat bagi Israel yakni Yizreel (Allah mencerai-beraikan), Lo-Ruhama (Tidak dikasihi) dan Lo-Ami (Bukan umat-Ku). Kasih Hosea yang tekun kepada istrinya yang pezinah melambangkan ketabahan kasih Allah kepada Israel (ps 1-3).
Selanjutnya rangkaian nubuat oleh Hosea yang menyamakan ketidaksetiaan Israel dengan ketidaksetiaan istrinya. Perbuatan Gomer yang meninggalkan Hosea untuk kekasih lainnya (pasal 1; Hos 1:1-22) melambangkan Israel yang meninggalkan Allah (pasal 4-7; Hos 4:1--7:16). Gomer direndahkan (pasal 2; Hos 2:1-22) untuk melambangkan rasa malu dan hukuman atas Israel (pasal 8-10; Hos 8:1--10:15). Perbuatan Hosea yang menebus Gomer dari pasar budak (pasal 3; Hos 3:1-5) melambangkan keinginan dan rencana Allah untuk memulihkan Israel di masa depan (pasal 11-14; Hos 11:1--14:10). Kitab ini menekankan bahwa karena Israel telah menolak kasih Allah dan panggilan-Nya untuk bertobat, maka hukuman tidak bisa ditunda lagi.

B. Kesan
Dalam naskah ini dapat ditemukan sejumlah ucapan-ucapan yang hubungannya agak lepas satu sama lain. Sebagian besar bentuknya adalah firman Allah langsung, selainnya adalah perkataan nabi yang bertindak atas nama Tuhan. Namun tidak menyembunyikan maksud untuk memperlihatkan secara konkret, bagaimana dosa-dosa Israel menjadi sebab sehingga penghukumanpun dijatuhkan atas Israel.
  • Tokoh dan peranan
- Tuhan: Allah Israel yang tidak berkenan atas tindakan Israel yakni menduakan Dia, sehingga Dia memberikan hukuman atas Israel yang dibalik semuanya itu ada rencana Allah untuk memulihkan Israel.
- Umat Israel: umat kesayangan Tuhan, namun mengkhianati Tuhan yakni menyembah berhala.
- Hosea : Hosea "Keselamatan (ada) pada TUHAN" atau "TUHAN adalah keselamatan", Ibrani Standar Hošea?, Ibrani Tiberias Hôšea?, bahasa Yunani ?s?? = Osee) adalah anak Beeri dan seorang nabi di Israel pada abad ke-8 SM. Ia adalah salah seorang dari keduabelas nabi kecil dalam Perjanjian Lama. Ia tinggal di Kerajaan Utara (Israel Utara) pada periode 740–725 SM .
Ia yang menyampaikan pesan Tuhan kepada orang-orang Israel.

  • Bentuk Sastra
Bentuk sastra dalam naskah ini adalah puisi. Segala perbuatan dosa umat Israel bahkan berita penghukuman atas Israel diberitahukan dalam bentuk puisi. Lebih jelas terlihat pada ayat 1-10 dimana kata-katanya tidak secara langsung dapat dimengerti, terdapat beberapa perumpamaan di dalamnya. Pada ayat 11-14, meskipun berbentuk puisi namun kata-katanya sudah cukup jelas atau dapat dimengerti.

C. Latar belakang
  • Penulis
Penulis naskah ini adalah Hosea (Alkitab Rainbow & http://alkitab.sabda.org).
Hosea hidup + tahun 750 SM . Hosea memulai pelayanannya pada masa akhir pemerintahan Yerobeam II, Israel sedang mengalami kemakmuran ekonomi dan kestabilan politik untuk sementara waktu yang menciptakan rasa aman yang palsu. Akan tetapi, segera setelah Yerobeam II wafat (753 SM), keadaan bangsa itu mulai memburuk dengan pesat dan menuju kehancurannya yang terjadi pada tahun 722 SM.
  • Penerima naskah
Hosea bernubuat kepada bangsanya sendiri, yakni Israel. Hal ini tampak dari1:
1) banyak acuannya kepada "Israel" dan "Efraim" (dua sebutan terkemuka bagi kerajaan utara) serta "Samaria" (ibu kota kerajaan utara),
2) acuannya kepada raja Israel di Samaria sebagai "raja kita" (Hos 7:5), dan
3) perhatiannya yang mendalam akan kebobrokan rohani, moral, politik dan sosial Israel
  • Tujuan
Nubuat Hosea adalah usaha terakhir Allah untuk memanggil orang Israel supaya bertobat dari penyembahan berhala dan kefasikan mereka yang tak kunjung berakhir sebelum menyerahkan mereka kepada hukuman penuh atas dosa-dosa mereka.
Kitab ini ditulis untuk menyatakan:
1) bahwa Allah mempertahankan kasih-Nya kepada umat perjanjian-Nya dan dengan sungguh-sungguh ingin menebus mereka dari kejahatan mereka, dan
2) bahwa hal-hal menyedihkan terjadi apabila orang terus-menerus tidak menaati Allah dan menolak kasih-Nya yang menebus.
Ketidaksetiaan istri Hosea dicatat sebagai gambaran ketidaksetiaan IsraeL kepada Allah. Gomer mengejar-ngejar laki-laki lain, sedangkan Israel mengejar-ngejar dewa-dewa lain; Gomer melakukan zina jasmaniah, sedangkan Israel zina rohani.
Waktu/Tempat Penulisan
Raja-raja yang disebutkan dalam Hos 1:1 merupakan petunjuk tentang kurun waktu terpanjang bagi berlakunya nubuatan Hosea, yaitu dari 780-692 SM, tetapi rupanya sebagian besar karyanya ditulis dalam periode antara tahun-tahun terakhir pemerintahan Yerobeam dan jatuhnya Samaria -- yaitu kira-kira tahun 755-722 SM. Hosea merupakan penulis kedua dari empat penulis yang dikenal sebagai nabi abad kedelapan (Amos, Hosea, Yesaya dan Mikha) 1.
+ tahun 790 dan 710 SM dengan rentang waktu sekitar 45 tahun (Alkitab Rainbow);
Sedangkan tempat penulisan di Israel (Kerajaan Utara).
  • Situasi yang terjadi
Politik, Ekonomi dan Keagamaan: Diduga nabi Hosea mulai bernubuat pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Raja Yerobeam II (bnd. 1:4 “sedikit waktu lagi”), jadi sekitar tahun 750, maka lamanya ia bekerja dapat ditaksir + 30-35 tahun (Raja Hizkia masih disebut): pada periode ini sangat kacau .
Ketika Hosea memulai pelayanannya pada masa akhir pemerintahan Yerobeam II, Israel sedang mengalami kemakmuran ekonomi dan kestabilan politik untuk sementara waktu yang menciptakan rasa aman yang palsu. Akan tetapi, segera setelah Yerobeam II wafat (753 SM), keadaan bangsa itu mulai memburuk dengan pesat dan menuju kehancurannya yang terjadi pada tahun 722 SM. Setelah kematian Raja Yerobeam II, empat raja Israel terbunuh; dalam 15 tahun lagi Samaria merupakan puing-puing berasap dan penduduk Israel dibuang ke Asyur dan kemudian disebarkan di antara berbagai bangsa. Pernikahan Hosea yang tragis dan firman nubuatnya dipadukan sebagai pesan Allah kepada Israel sepanjang tahun-tahun terakhir yang kacau menuju kehancurannya ini1.
Umat Israel pada waktu itu melangkahi perjanjian Tuhan dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya (ay.1). Penghukuman diberitahukan karena penyelewengan Israel dalam enam bidang kehidupannya, yaitu bidang politik dalam negeri (4a), penyembahan berhala (4b), ibadah anak lembu(5-6), politik luar negeri (8-10), agama dan kebaktian palsu (11-13) dan policy pembangunan kota (14). Sehingga Allah dan ‘yang baik’ telah ditolak .

D. Eksposisi
† Hosea 8:1-3 “pemberitahuan hukuman”
† Hosea 8:4 “awal mula penyelewengan Israel”
† Hosea 8:5-6 “Israel melangkahi perjanjian Tuhan”
† Hosea 8:7 “sindiran terhadap Israel”
† Hosea 8:8-10 “hukuman atas Israel”
† Hosea 8:11-13 “penyelewengan Israel bertambah-tambah”
† Hosea 8:14 “Israel telah melupakan pembuatnya; jauhilah penyembahan berhala”

Tafsiran
† 8:1-3
Dengan cara yang menakutkan dan mengejutkan diberitahukan hukuman. Tiupan sangkakala (bnd 5:8) adalah untuk memberi isyarat bahaya. Hati-hati! Awas ada bahaya, serangan musuh akan datang (yang dimaksud ialah tidak lain dari pada Asyur meskipun namanya tidak disebut): serangan laksana rajawali (dahulu kala gambaran untuk pelayanan dan perlindungan oleh Allah, Kel. 19:4; Ul. 32:11; disini kiasan untuk kecakapan dan pembinasaan bnd. Hab. 1:8) atas rumah Tuhan (=negeri Israel, bnd 9:15; Yer. 12:7 dan pemikiran bahasa pada waktu itu, mis. dalam 1:4).
Dikemukakan tiga alasan (oleh karena) mengapa Israel akan diserang oleh kuasa musuh, dan itu atas perintah Allah!
a. Dasar-dasar kehidupan sebagai bangsa kudus diingkari.
b. Cara bersekutu dengan Allah dipandang ringan.
c. Keselamatan ditolak.
Atas dasar ketiga alasan, dipertegas hukuman Allah: biarlah musuh mengejar dia! Hal yang mengerikan ialah bahwa Allah membiarkan musuh itu merajalela. Oleh sebab penolakan mereka secara menyeluruh terhadap Allah.

† 8:4
Mulai dari ayat ini sampai pada akhir pasal 8, ditunjukkanlah secara konkret bangsa Israel yang mengadakan penyelewengan-penyelewengan, sehingga mereka melangkahi perjanjian Tuhan dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya. Yang pertama: dibidang politik dalam negeri: Mereka telah mengangkat raja, tetapi tanpa persetujuan-Ku; mereka mengangkat pemuka, tetapi dengan tidak setahu-Ku. Di dalam segenap sejarah Israel Utara kelihatanlah benang merah, yang menyatakan durhaka dan dosa terhadap Tuhan, sungguhpun Yerobeam I diangkat menjadi raja atas nama Tuhan. Akan tetapi kecongkakan Israel semakin besar, dan Israel semakin lama semakin menyesuaikan diri dengan cara pemerintahan raja diluar negeri- terutama pada tahun-tahun terakhir telah terjadi revolusi demi revolusi (bnd. 7:3-7). Raja yang ini digulingkan oleh raja yang itu, raja yang satu oleh raja yang lain, raja yang lain oleh raja yang berikutnya dan demikianlah seterusnya. Dan keadaan semacam itu bertentangan dengan kehendak Allah… sebenarnya sejak semula, Tuhan Allah hanya mengizinkan satu orang raja sebagai konsesi, artinya mengingat kelemahan umat-Nya. Dan syaratnya dikemukakan bahwa Ia sendiri akan memilih raja, dan sang raja harus taat kepada Tuhan (I Sam 8-11). Tetapi apabila unsur teokrasi itu (pemeritahan atas nama Allah) sudah hilang sama sekali, maka kesudahan sejarah kerajaan Israel telah tiba.
Penyelewengan di bidang kedua ialah penyembahan berhala. Dari kekayaan mereka akan emas dan perak (hadiah dari Allah, bnd. 2:7!) mereka membuat berhala bagi dirinya sendiri, dari pada hidup bersyukur kepada Allah dan mengabdi kepadaNya. Maka anugerah-Nya diputar balikkan menjadi penyembahan berhala (bnd. 4:17). Tetapi berhala-berhala semacam itu sebenarnya tidak bisa tahan di hadapan Allah yang hidup: mereka dilenyapkan. Di sini sudah disiapkan pengakuan di kemudian hari bahwa berhala-berhala itu adalah “ketidakadaan” (Yes 41:29) dan para pembentuk atau penyembahan adalah kesia-siaan (Yes 44:9).

† 8:5-6
Kedua ayat ini menyebut penyelewengan yang ketiga, dimana orang-orang Israel melangkahi perjanjian Tuhan. Yang ditentang di sini, yakni kebaktian kepada anak lembu, jelas sekali seperti menyinggung kebaktian Baal. Kita teringat kepada dosa Israel, di bawah pimpinan Harun, imam itu, segera setelah diadakan perjanjian di Sinai, tatkala anak lembu emas dibuat (Kel 32). Juga kepada raja Yerobeam I, yang pada permulaan sejarah kerajaan Israel Utara mendirikan dua anak lembu emas di Betel dan di Dan, sebagai persaingan terhadap kebaktian di Yerusalem (Yehuda) “Hai Israel lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau dari tanah Mesir” (I Raj 12:28=Kel 32:4!). Anak lembu (jantan) merupakan gambar dan lambang Baal (yang melambangkan kekuatan prokreasi atau kebiakan). Yang dimaksudkan “anak lembu Samaria” (ay.5,6), tidak lain dari patung anak lembu yang didirikan Yerobeam di Betel (bnd. 10:5 “anak lembu Bet-Awen” = Betel) dan Amos 7:13 dimana Betel disebut “tempat kudus raja… bait suci kerajaan”. Rupanya penduduk kota Samaria suka berziarah ke Betel untuk melakukan ibadah nasional yang bersifat Baalisme. Itulah sebabnya murka (Allah) menyala terhadap mereka. Ditukarkannya secara terang-terangan nama-Nya dan kebaikan-Nya adalah kekejian. Allah “menderita” dan bergumul karena kemurtadan umat-Nya : sampai berapa lama tidak dapat disucikan orang-orang Israel itu?. Patung anak lembu itu adalah buatan manusia (dibuat oleh tukang). Rupanya patung itu dibuat dari kayu (memang dibakar dengan api, Kel. 32:20) dan dilapisi dengan emas. Karena itu dapat juga menjadi serpih anak lembu samaria itu! Buatan manusia itu tidak dapat mengganti tindakan Allah, hanya dapat meniadakannya. Makanya Allah menolak ibadah peniruan dan penipuan itu, sama seperti bangsa ini “menolak” keselamatan-Nya (ay. 3).

† 8:7
Ayat ini merupakan selingan dalam pembicaraan, yakni kiasan-kiasan dalam bidang pertanian. Seluruh minat rakyat diarahkan kepada hasrat untuk menabur dan menuai: sikap hidupnya disebut materialisme kesuburan. Tetapi apa yang ditabur (dikerjakan) mereka adalah tidak lain dari angin (Ibr. Ruakh yang di sini diartikan: kesia-siaan, kepercayaan kepada kuasa-kuasa lain). Dan itu akan menghasilkan puting beliung (=kebinasaan bencana). Hukuman atas diri mereka karena kesalahan mereka sendiri! Kiasan berikutnya yang dapat disalin dengan gandum yang belum menguning tidak menghasilkan tepung. Juga menunjuk kepada kuasa-kuasa lainnya yang menjadi andalan Israel meskipun kuasa-kuasa ini tidak berdaya dan tidak berhasil. Dapat pula diartikan secara harafiah: para berhala tidak sanggup menjamin panen yang diharapkan. Dan kalaupun masih ada sedikit hasil di ladang, maka orang-orang lain (atau: asing) memakannya, yakni musuh yang sedang menyerang (ay.1 dan 3; bnd. 7:9).

† 8:8-10
Kata pertama mengulangi kata terakhir dari ayat 7: menelannya- ditelan. Hukuman bukan saja akan berlangsung dimasa depan, melainkan telah mulai nyata, disebabkan penyelewengan Israel yang keempat yakni politik luar negeri yang salah. Akibatnya ialah bahwa tentara Asyur menyerbu, merebut dan “menelan” sebagian besar dari wilayah Israel Utara yang terbaik. Sekarang itu ada di antara bangsa-bangsa seperi barang yang tidak disukai orang: milik yang kurang menarik dan tidak berharga. Israel telah menajiskan diri (6:10) dengan demikian ia kehilangan kepribadian sebagai bagsa pilihan Allah.
Alasan (sebab) kebinasaan Israel itu ialah politik persahabatan yang salah (ay. 9): mereka telah pergi ke Asyur (bnd. 5:13) mereka mempercayakan diri kepada kekuatan yang justru mengancam negara mereka sendiri. Dan politik itu sebenarnya disejajarkan oleh Hosea dengan kemurtadan keagamaan, dan juga disebut “zinah”, oleh karena mereka tidak setia terhadap Allah dan perjanjian-Nya. Daya tarik Israel demikian sedikit, sehingga dia menawarkan diri untuk bercabul. Malah, dia tidak menerima upah sundal dari pihak para kekasihnya (bnd. 2:11; 9:1), melainkan Efraim telah membagi-bagi hadiah cinta. Dalam 2 Raj. 17:3 raja Hosea bin Ela harus membayar upeti yang sangat berat kepada raja Asyur , dan peristiwa itu oleh nabi Hosea dimaki dengan menyamakannya dengan upah sundal yang terbalik! Dengan memakai permainan-kata dengan nama Efraim , dia mengumpamakan bangsa Israel sebagai keledai hutan yang memencilkan diri: sama sekali tidak lagi laku, tetapi binatang sejenis itu masih membiarkan diri diketemukan pada waktunya (Yer 2:24), sedangkan Israel memberi diri untuk disundali!
Apa gunanya segala hadiah itu diantara segala bangsa-bangsa? Hanya mengakibatkan hukuman Allah: sekarang ini Aku akan mengumpulkan mereka. Juga di lain tempat, kata kerja ini dipakai untuk menyatakan penghukuman: Yoel 3:11; Zef. 3:8 dan penghukuman itu akan dilaksanakan. Pencampuran diri di antara bangsa-bangsa tidak diperkenankan. Bagian kedua dari ayat ini sulit di artikan, tetapi setidak-tidaknya mengenai akibat-akibat campur tangan Allah: dan sebentar lagi mereka akan berhenti mengurapi raja dan para pemuka. Politik para raja (bnd. 7:3-7;8-4) akan berakhir.

† 8:11-13
Dalam ayat-ayat ini dilukiskan penyelewengan Israel yang kelima, yakni kesalehan dan kebaktian palsu. Perjanjian Tuhan dilangkahi dengan memperbanyak mezbah. Tindakan itu bukanlah jalan keselamatan melainkan sebaliknya: mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa. Tetapi Allah menunjukkan jalan lain (ay.12): sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku(torah-torah!): itulah jalan ketaatan, jelas penyesalan, jalan kasih setia dan kepercayaan yang nyata dalam kasih (bnd. 4:1-6). Dosa-dosa memang ditutupi dengan upacara-upacara khidmat, tetapi Allah tidak memberi pendamaian dengan jalan itu. Pendamaian hanya dapat diharapkan dari firman-Nya, dari pemberitaan kasih karunia-Nya, yang sebagian telah berbentuk buku pada zaman Hosea. Tetapi itu akan dianggap mereka sebagai sesuatu yang asing. Yaitu sebagai suatu yang bukan asli, yang tidak termasuk kepada ikatan perjanjian semula, yang berasal dari pihak luar. Allah telah ditolak (ay. 3) dan dilupakan (ay. 14), tambahan pula, firman-Nya dipandang ringan.
Namun demikian, mereka mencintai korban sembelihan (ay. 13) oleh karena dari binatang korban semacam itu diuntukkan bagi imam, tetapi selebihnya dimakan bersama secara perjamuan (bnd. Im.17:6-7). Dan itulah yang dicita-citakan mereka! Mereka mempersembahkan daging dan memakannya. Apa yang mereka ingini adalah makan semau-maunya. Tetapi Tuhan tidak berkenan kepada mereka. “Tuhan berkenan kepada” adalah rumusan tetap untuk menyatakan, apakah persembahan korban Ia terima baik atau tidak (Im. 1:3; 19:5; 22:19; Ams. 4:22; Mi. 6:7; Hos. 6:6). Pembawa korban maupun korban persembahan itu sekaligus ditolak, oleh karena niatnya sudah salah. Sama seperti dengan ayat 10, disini pun penghukuman didahului oleh sekarang: ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka (9:9b). Untuk “mengingat” (Ibr. zakar), bnd. 7:2. Dan untuk “menghukum”(paqad), bnd. 1:4; 2:12; 4:9. Yang dimaksudkan adalah perbuatan-perbuatan jahat yang terus-menerus diulangi (“dosa”) ataupun beban dosa yang bertimbun-timbun (“kesalahan”). Penghukuman yang akan datang itu disimpulkan dalam kalimat yang terakhir: mereka harus kembali ke Mesir! Yahwe telah membebaskan Israel dari mesir, dari rumah perbudakan disana dan mengadakan perjanjian dengan dia di Sinai dan selanjutnya memberikan Torah-Nya. Tetapi Israel telah melangkahi dan mendurhaka terhadap Torah-Nya (ay. 1), dan akibatnya ialah bahwa kebebasan yang dikerjakan Allah, dahulu itu ditiadakan sekarang! Rakyat telah mempercayakan diri kepada dewa-dewa dan kuasa-kuasa lain, dan dengan itu mereka terus menerus melanggar titah pertama (dan oleh kerena itu yang lain-lain juga! Bnd 4:2). Ia telah terjatuh kembali kepada perhambaan dosa. Dan Allah membiarkan dia pergi. Sejarah keselamatan akan ditiadakan. Israel telah kembali pada suatu titik-tolak yang terletak sebelum pembebasannya. Disamping itu boleh juga diartikan sebagai kebiasan Israel untuk meminta pertolongan kepada Mesir dalam pemberontakan kepada Asyur, dan boleh jadi juga menyinggung tempat pelarian, kemana mereka akan mencari keluputan, tetapi akan mendapat olok-olok.

† 8:14
Dalam ayat ini menyimpulkan seluruh inti dakwaan tadi dimana Israel telah melupakan pembuatnya. Dia menjadikan mereka suatu bagsa yang kudus, bangsa pilihan, bangsa yang bebas, bangsa perjanjian. Dan sekarang Ia dilupakan (2:12; 4:6) makanya Allah akan melupakan dia! Dan disini penghukuman itu di ungkapkan dengan menunjuk kepada penyelewengan yang keenam; dimana Israel telah mendirikan istana-istana; Yehuda telah memperbanyak kota-kota yang berkubu (kota-kota perlindungan), dari pada percaya kepada Allah. ”Aku akan melepas api ke dalam kota-kota mereka, sehingga pur i mereka dimakan habis”

E. Teologi naskah
  • Allah tidak menghendaki sikap bangsa Israel yang megingkari perjanjian dan mendurhaka terhadap pengajaran-Nya: “mereka telah melangkahi perjanjian-Ku dan telah mendurhaka terhadap perjanjian-Ku”. (ay. 1)
  • Allah tidak berkenan kepada umat yang melupakan-Nya: “kepada-Ku mereka berseru-seru: Ya Allahku, kami Israel, mengenal Engkau!” (dengan bibirnya mereka berkat mengenal Allah. Tetapi dengan sikap mereka terlihat kalau mereka telah melupakan-Nya). (ay. 2)
  • Allah tidak menghendaki umat bertindak semaunya: “mereka telah mengangkat raja, tetapi tanpa persetujuan-Ku……”. (ay. 4)
  • Allah tidak menghendaki umat-Nya menyembah allah lain: “mereka membuat berhala bagi dirinya sendiri”. (ay.5-6)
  • Allah membiarkan umat sehingga apa yang diusahakan tidak berhasil:“… gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka…” (ay.7)
  • Allah tidak menghendaki suatu bangsa mengandalkan bangsa lain: “mereka telah pergi ke Asyur” (Israel mempercayakan diri kepada Asyur) (ay.9)
  • Allah selalu memberikan petunjuk bagi umat-Nya: “sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajaran-Ku,….” (ay.12)
  • Allah akan mendatangkan kebinasaan bagi mereka yang tidak dikehendaki-Nya: “… Aku akan melepas api ke dalam kota-kota mereka…”

F. Kaitan dengan Perjanjian Baru
Dosa-dosa Israel telah menjadi penyebab penghukuman Allah atas mereka. Dosa-dosa yang dilakukan Israel adalah penyembahan berhala dan dengan demikian umat Israel mengingkari perjanjian dengan Allah. Dalam Perjanjian Baru, Allah dalam Yesus Kristus tetap tidak menghendaki adanya penyembahan berhala. Tema penyembahan berhala adalah salah satu tema yang diungkapkan oleh tokoh-tokoh dalam PB: Roma 2:22; I Kor 10:7,14-21; Ef 5:5, dll.
“karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala” (I Kor 10:14).

G. Relevansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip dari wikipedia, kata berhala awalnya mempunyai arti patung dewa. Kemudian penggunaannya meluas menjadi makhluk/benda (matahari, bulan, malaikat, hewan) apa saja yang disembah selain Allah termasuk dalam kategori berhala. Sedangkan kata kerja dari ‘memberhalakan’ berarti memuja dan mendewakan. Memberhalakan sesuatu tidak berarti pemujanya harus mengatakan: “inilah tuhan yang harus disembah”.
Selanjutnya kata ‘memberhalakan’ meluas maknanya, dapat diartikan kepada rasa cinta seseorang terhadap sesuatu melebihi rasa cintanya kepada Tuhan Sang Pencipta. Misalnya, lebih takut dan atau rasa cinta kepada seseorang/benda tertentu dibanding rasa takut dan atau rasa cinta kepada Tuhan. Dengan demikian, pengagungan terhadap suatu jabatan secara berlebihan dan bersedia menempuh berbagai cara demi menggapai jabatan itu termasuk bagian dari penyembahan berhala.
Contoh konkritnya dapat dilihat pada beberapa waktu yang lampau dimana mereka yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan, untuk memperoleh suara terbanyak mereka sampai rela mengeluarkan dana yang terbilang besar, baik untuk keperluan kampanye dan keperluan lainnya. Semuanya dilakukan untuk memperoleh jabatan.
Mereka yang mengincar berbagai jabatan di lembaga eksekutif, legislatif atau perusahaan negara. Tanpa sadar, jabatan-jabatan itu bagai ditempatkan pada posisi suci yang harus digapai dengan berbagai cara, bak hamba yang rela memersembahkan segala-galanya bagi tuannya. Mereka rela mengorbankan harta benda, tenaga dan pikiran demi cita-cita merangkul jabatan yang diidamkan.
(http://www.serambinews.com/news/view/28497/penyembahan-berhala-di-aceh)
Pertanyaan yang muncul, adakah di antara mereka yang dengan suka rela dan tanpa kepentingan politis untuk menafkahkan harta miliaran rupiah bagi kepentingan pelayanan Tuhan, untuk panti asuhan, gereja, sekolah-sekolah? Adakah di antara mereka yang rela menyumbang untuk mengangkat derajat fakir miskin? Rasanya tidak, karena menyantuni fakir miskin mungkin dianggap tidak menjanjikan apa-apa sebagaimana janji yang diberikan oleh jabatan yang diincar. Hanya sedikit saja orang yang mau mengorbankan harta dalam jumlah besar untuk berbagi dengan saudara seiman yang nasibnya tidak beruntung.
Selain itu juga, masa kini muncul berhala-berhala modern seperti kecantikan atau ketampanan, seks, aneka macam alat-alat elektronik seperti HP, TV, mobil/sepeda motor dst.. Saat ini di kalangan selebritis kecantikan adalah hal yang sangat diutamakan, segala macam cara ditempuh untuk tetap eksis dalam persaingan dunia tersebut. Sebagai contoh konkrit beberapa daftar nama artis yang melakukan operasi plastik sudah banyak beredar di masyarakat, dengan melihat perubahan fisik sang seleb: Krisdayanti, dalam bukunya “My Live, My Secret” yang ditulis Alberthiene Endah, ibu 2 anak ini mengaku beberapa kali melakukan operasi plastik dan sedot lemak di Bangkok dan Singapura (http://oktavita.com/operasi-plastik.htm). Selanjutnya artis Dewi Persik yang melakukan operasi plastik di daerah dagu, hidung, dan pipi. Wajah keseluruhan DP kalau dilihat secara seksama sangat berbeda dengan sebelumnya (http://oktavita.com/dewi-persik-operasi-plastik.htm).
Contoh berhala modern lainnya ialah Facebook.
Wabah facebook melanda Indonesia. Dalam kurun waktu lima bulan, lebih dari satu juta masyarakat Indonesia menjadi pengguna komunitas Facebook yang bercokol di dunia maya internet ini. Facebook menurut sebagian besar masyarakat pengguna mengaku, ada banyak keuntungan jika tergabung dalam komunitas jejaring sosial internet ini. Bahkan bagi anak-anak muda saat ini, rasanya tidak gaul bila tidak ikut daftar jadi anggota komunitas Facebook. Kebanyakan dari mereka setuju dengan kehadiran Fcebook namun tidak sedikit yang merasa keberatan (http://warnadunia.com/wabah-facebook-di-indonesia/).
Tapi jangan dilihat dari dampak positifnya saja, facebook juga memiliki dampak negatif yang tanpa disadari mungkin ada diantara kita juga termasuk salah satu yang terkena dampak tersebut. Misalkan bagi pecinta Game Poker Facebook (dalam permainan ini, para pemain bermain layak nya di meja judi, meskipun hanya sekedar permaian perhitungan matematis yang sederhana ,namun permainan ini sudah merasuki para facebooker (pengguna facebook). Bedanya,poker di facebook tidak menggunakan uang. Yang lebih parah lagi sekarang game poker facebook tidak hanya dimainkan dikalangan remaja (laki-laki/perempuan) dan orang tua saja, anak-anak dibawah umur sekalianpun sudah banyak yang mengetahui permainan ini dan menghabiskan waktu yang lama untuk bermain game poker ini. Biasanya memang tidak sedikit waktu yang tersita untuk bermain game poker ini. Malahan memakan waktu berhari-hari untuk bermain game ini.
(http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/1963311-berjudi-dunia-maya/ & http://tengkukhairil.blogspot.com/ )
Bahkan kebiasaan main poker terjadi di kalangan anggota dewan (pada jam kerja pula), hal inilah yang menjadi perhatian mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Indonesia Wilayah IV Sulawesi
(http://www.tribun-timur.com/read/artikel/57570).

Semuanya itu adalah sarana bukan tujuan, maka marilah kita fungsikan semuanya itu untuk membantu kita agar lebih memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan Allah di dalam hidup sehari-hari, melalui atau dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dan pertama-tama dalam dan melalui sesama manusia.





Daftar Pustaka:
  • Alktab Rainbow, LAI
  • Blommendaal. J. Pengantar kepada PL, Jakarta: Gunung Mulia, 2008
  • Browning WRF. Kamus Alkitab, Jakarta: Gunung Mulia, 2008
  • Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid I), YKBK/OMF, Jakarta, 2007
  • Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid II), YKBK/OMF, Jakarta, 2007
  • Kuiper A. Tafsiran Alkitab:Kitab Hosea, Jakarta: Gunung Mulia, 2008
  • Lasor W.S. Pengantar PL2: sastra dan nubuat, Jakarta: Gunung Mulia, 2007

Kamis, 03 Desember 2009

Contoh Verbatim

VERBATIM
  • Pendahuluan

Nama : Wina (nama samaran)

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum menikah;
anak pertama diantara dua orang kakak beradik


  • Pelaksanaan percakapan pastoral

Hari, tanggal : Senin, 1 Maret 2010

Pukul : 13.45 - 14.45 Wita

Tempat : Asrama (tempat konseli tinggal)

Catatan : Konseli adalah teman dekat konselor dan tinggal satu asrama.
Percakapan ini tidak direncanakan.




OBSERVASI LINGKUNGAN

Percakapan berlangsung di kamar konseli. Situasi kamar cukup tenang karena di dalam kamar hanya ada konselor dan konseli sedangkan teman-teman yang lain tidak berada di asrama, sehingga percakapan berlangsung dengan tidak ada gangguan. Namun, keadaan kamar pada saat itu agak berantakan karena konseli baru tiba di asrama dan belum merapikan kamar, tempat tidurnya juga berantakan dan belum memasang seprai: di atas tempat tidur konseli ada beberapa barang yang berserakan yaitu, buku-buku, tas, beberapa pakaian, parfum, dan juga terdapat selimut yang tidak dilipat. Secara umum, situasi kamar tempat percakapan berlangsung memberi kesan kurang nyaman. Sementara percakapan berlangsung, konseli sambil membereskan barang-barang di atas tempat tidur. Pada awal percakapan pastoral konseli bercakap dengan konselor sambil merapikan barang-barang yang berserakan. Setelah itu konseli duduk bersisihan dengan konselor sambil melanjutkan percakapan.

JALANNYA PERCAKAPAN

Pada siang hari konselor sedang duduk di kamar konseli, tiba-tiba konseli datang sambil membawa tas (konseli baru tiba di asrama setelah empat hari berada di kampungnya).
Terjadi percakapan antara konseli dan konselor. Percakapan itu kemudian berkembang menjadi percakapan pastoral.


1. Ko : Hai , Wina
Ki : Hai… (masuk kedalam kamar dan meletakkan tas di atas tempat tidur)

2. Ko: Kenapa baru tiba?
Ki : Iya, soalnya tadi di jalan macet (dengan wajah murung merapikan barang-barang di atas tempat tidur).

3. Ko : Win, terlihat di wajahmu kalau kamu sedang sedih. Dugaan saya benar bukan?
Ki : Ya, begitulah (masih membereskan barang-barang)

4. Ko : (terdiam sejenak). Kalau boleh saya tahu, apa yang membuatmu sedih?
Ki : Kemarin saya memperkenalkan diri di jemaat, dalam rangka praktek PAK. Namun, saya mendapat kritikan dari anggota jemaat berhubung dengan pakaian yang saya kenakan. Padahal menurut saya pakaian yang saya pakai sudah sangat sopan (konselipun duduk disebelah konselor).

5. Ko : Kenapa demikian? Memangnya pakaian seperti apa yang kamu kenakan?
Ki : Saya mengenakan gaun ungu berkerah, sebatas lutut. Apakah yang seperti itu dapat dikatakan kurang sopan? (dengan suara yang cukup keras)

6. Ko : Saya mengerti apa yang kamu rasakan. Tapi, bukankah lebih baik kalau kamu mengenakan pakaian resmi seperti semi-jas atau yang lainnya ketika memperkenalkan diri di jemaat sebagai mahasiswa fakultas teologi yang sedang praktek.
Ki : . . . (Terdiam. Dari ekspresinya terlihat seperti memikirkan sesuatu). Sepertinya saya tidak akan kembali lagi ke jemaat itu.

7. Ko : Kamu tidak boleh berpikir begitu. Lagipula namamu sudah dibacakan dan kamu sudah memperkenalkan diri di depan jemaat. Jadi, saya rasa itu bukan keputusan yang tepat.
Ki : Iya, benar juga. Memang hal seperti ini tergantung dari jemaat itu sendiri. Jika saya pergi ke jemaat perkotaan pasti mereka tidak akan mempersoalkan pakaian yang saya kenakan. Tapi, pada kenyataannya saya pergi ke jemaat pedesaan, maka hal seperti inilah yang terjadi.

8. Ko : oh, baguslah kalau kamu berpikir demikian. Jadi, kamu harus dapat menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi dimana kamu berada.
Ki : . . . (terdiam dan berpikir). Sebenarnya, rekan saya (rekan praktek dari konseli) mengenakan gaun yang agak minim dan ketat. Mungkin karena itulah kami mendapat kritikan dari anggota jemaat.


9. Ko : Menurut saya kritikan itu lebih ditujukan kepada rekanmu, karena dia mengenakan pakaian seperti itu.
Ki : Saya juga berpikir demikian. Tapi ketua jemaat menyampaikan kepada kami berdua kritikan tersebut.

10. Ko : Win, mana mungkin kritikan itu hanya ditujukan kepada satu orang, sedangkan kalian adalah satu tim. Jadi, wajar saja jika kritikan itu disampaikan kepada kalian berdua.
Ki : Iya juga sih. (setelah itu terdiam)

11. Ko: Lagipula kritikan itu sama sekali tidak bermaksud untuk menjatuhkan kalian, tetapi ada maksud baik dari jemaat yaitu supaya kalian sebagai calon pendeta dan pengajar mampu menjadi teladan tidak hanya melalui perkataan dan perbuatan tetapi juga dalam penampilan dan cara berpakaian.
Ki : (tersenyum kecil)

12. Ko : Jadi sekarang pengalaman yang tidak mengenakkan ini memberi suatu pelajaran yang berharga bukan?
Ki : Iya, kamu benar (menganggukan kepala).

13. Ko : Kalau begitu sekarang, apa keputusanmu untuk tidak kembali ke jemaat itu akan tetap kamu lakukan?
Ki : Tentu saja tidak (sambil berdiri).

14. Ko : Lalu apa rencanamu setelah ini?
Ki : Saya akan membuktikan kepada jemaat di sana bahwa saya mampu untuk menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan juga dalam cara berpenampilan (dengan wajah berseri-seri).

15. Ko: Win, saya lihat sekarang kamu sudah bisa tersenyum. Kalau bagitu, saya mau kembali ke kamar dulu ya. Nanti kita bercakap-cakap lagi.
Ki : Iya, saya harap juga begitu.


ANALISIS

- Analisis Fisik : Keadaan tubuh Ki terlihat sehat dan memang Ki jarang sekali sakit selama berada di asrama. Ki juga memiliki fisik yang kuat terlihat ketika tiba di asrama Ki membawa tas yang di dalamnya memuat cukup banyak barang (Ki 1).

- Analisis Ekonomi : Keadaan ekonomi Ki dapat dikatakan cukup kuat, dilihat dari keseharian Ki, cara berpenampilan (barang-barang yang dipakai), bahkan setiap minggunya Ki pulang ke kampung padahal biaya tranportasinya cukup besar.

- Analisis Psikologis : Ki masih belum mampu berpikir positif dalam menghadapi suatu masalah, belum mampu untuk mengambil suatu hal yang baik dari pengalaman yang kurang mengenakan. Terlihat ketika Ki menanggapi kritikan dari jemaat, bahkan ketika Ki memutuskan untuk tidak akan melanjutkan praktek di jemaat itu (Ki 5 dan 6) .

- Analisis Spiritual : Kehidupan spiritual Ki masih belum terlalu kuat, dilihat dari cara hidup Ki yang belum terlau fokus pada hal-hal yang menyangkut spiritualitas, jarang sekali pergi ke ibadah, rasa persekutuan masih belum terbina dengan baik.

- Analisis Sosiologis : Ki termasuk orang yang individualis, jarang sekali keluar dari kamar untuk berinteraksi dengan teman-teman yang lain. Bahkan dengan nada bercanda Ki pernah berkata bahwa dirinya anti-sosial.

- Analisis Teologis : Ki percaya bahwa dari setiap masalah dan pergumulan pasti ada hal positif yang bisa ditarik untuk dijadikan bahan pelajaran dalam menjalani hidup. Justru masalah yang dihadapi akan mendewasakan pribadi Ki; bahkan masalah yang terjadi bukanlah penghambat dalam melaksanakan atau melanjutkan pelayanan, melainkan Ki menjadikan apa yang dia alami yakni masalah sebagai motivasi untuk berubah ke arah yang lebih baik (Ki 14).


ANALISIS MENYELURUH

Menurut saya percakapan ini berhasil karena konseli yang pada awalnya merasa sedih, setelah melakukan percakapan menjadi tersenyum; konseli akhirnya tidak membatalkan prakteknya di jemaat tersebut dan memutuskan untuk melanjutkan prakteknya dengan peuh semangat. Konselipun mampu untuk menerima dengan hati terbuka kritikan-kritikan yang ada, dan diakhir percakapan ini konseli mampu untuk mengambil keputusan dengan baik.