Senin, 15 November 2010

Waktu


Di dunia ini hanya ada satu hal besar. Waktu, ya.. waktu adalah satu-satunya hal terbesar di dunia ini. Yang lainnya hanyalah hal-hal yang tak berarti. Setiap elemen kehidupan, di dalamnya ada waktu yang mempengaruhi dan tidak seorangpun yang dapat memutar balikan waktu. Seperti kalimat yang sudah sangat populer di telinga kita yakni "kemarin adalah kenangan, hari ini adalah kenyataan dan besok adalah impian"...
(bersambung...)

Kamis, 11 November 2010

DINAMISME


1) Nama Dinamisme
Nama ini berasal dari bahasa Yunani dynamis, artinya: kekuasaan, kekuatan, khasiat. Tidak ada seorangpun yang menamakan dirinya orang dinamis, seperti orang menamakan dirinya orang Islam, orang Hindu atau orang Kristen. Manusia primitif tidak mengenal “isme-isme” atau sistim-sistim. Yang dinamakan dinamisme ialah sejenis faham dan perasaan keagamaan yang terdapat diberbagai bagian dunia pada segala bangsa dan menunjukkan banyak persamaan. Jadi, nama dinamisme adalah suatu nama ilmiah bagi suatu jenis keagamaan. Maka ilmu pengetahuan mengatakan tentang gejala-gejala yang kita hadapi dalam pasal-pasal ini, bahwa susunannya atau sistemnyalah boleh dinamakan “dinamisme”.

2) Pengertian ‘mana’
Dinamisme atau kekuasaan atau kekuatan yang dibicarakan dalam dinamisme, didalam ilmu pengetahuan lazim disebut ‘mana’. Dinamisme ialah kepercayaan kepada suatu daya-kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi, yang dianggap halus maupun berjasad, semacam fluidum, yang dapat dimiliki maupun tidak dapat dimiliki oleh benda, binatang dan manusia. Sesuatu benda atau seseorang memang ‘mengandung mana’, maka orang atau benda tersebut harus mendapat perhatian yang istimewa. Oarng atau benda yang mengandung ‘mana’ atau daya kekuatan itu harus ditakuti atau dihormati sehingga orang harus menjalankan suatu upacara kebaktian; tetapi mungkin juga orang berusaha melumpuhkan daya-kekuatan itu dengan berbagai penangkal. Dinamisme kadang-kadang menjadi sistem pantheistis serupa itu didalam perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi. Tetapi manusia primitif tidak menyusun suatu sistem. Ia lebih bertindak secara empiris (menurut pengalaman); ditetapkannya begitu saja bahwa benda ini mengandung daya kekuatan dan benda itu tidak. ‘mana’ adalah ‘the supranatural in a way’. Suatu penjelasan yang bagus sekali. Sebab pada satu pihak dalam penjelasan itu tampak dengan terang, bahwa ‘mana’ itu sesuatu yang boleh kita katakan ‘melebihi alam’ (supernatural), yaitu sesuatu yang menimbulkan keheranan, kekuatan, rasa khidmat. Tetapi pada lain pihak tampaklah jelas pula dalam keterangan itu, baha ‘mana’ itu hanya dapat dikatakan ‘supernatural’ dalam arti yang terbatas saja. ‘Mana’ adalah sesuatu yang tidak biasa, yang mengharankan karena keistimewaannya, sebab kekuatannya atau sebab kesuburannya. ‘Mana’ dapat juga berarti sesuatu yang sama sekali tidak dapat kita hubungkan dengan hal yang melebihi alam (supernatural), umpamanya kekuatan manusia. Seorang raja, yang selalu mendapat kemenangan didalam perang, adalah raja yang mengandung ‘mana’. Sesorang yang mempunyai kecakapan luar biasa didalam suatu keahlian, dipandang juga sebagai seorang yang mengandung ‘mana’. Sesuatu disebut ‘mana’, jika memberi efek atau hasil; jika tiada efek atau hasilnya, maka itu bukan ‘mana’.
Di Indonesia, sesuatu yang disebut ‘mana’ itu kerap kali diterangkan sebagai sesuatu yang ‘memuaskan’. Sesuatu itu ‘kotor’ jika mengandung daya yang membinasakan. Orang harus berhati-hati terhadap semua yang kotor. Didalam dinamisme yang disebut keramat ialah sesuatu yang mengandung daya, yang dipandang mendatangkan keselamatan. Jadi dalam dinamisme itu ‘kotor’ dan ‘keramat’ adalah dua belah sisi dari hal yang sama. Jika sesuatu mengandung daya, karena dianggap berbahaya, tetapi dapat juga dikatakan keramat. Jadi keramat tidak ada hubungannya dengan kesempurnaan kesusilaan, melainkan dengan terisinya denga daya yang mendatangkan keselamatan. Maka pada satu pihak ‘mana’ mempunyai daya penolak, karena orang takut kepada kekuatan yang tidak dapat dikuasainya itu. Tetapi pada lain pihak ‘mana’ mempunyai daya penarik karena menimbulkan rasa hormat dan khidmat. Kata keramat menunjukkan kedua sisi itu. Keramat adalah segala sesuatu yang istimewa, luar biasa dan yang berganti-ganti menyebabkan takut dan hormat, jijik dan cinta.

3) Sikap Manusia terhadap ‘mana’
Sikap yang diambil manusia primitif terhadap segala yang mengandung ‘mana’ ialah sikap berhati-hati. Segala perbuatan yang melepaskan tenaga harus dihindari atau dilakukan dengan sangat berhati-hati. Misalnya memecahkan pinggan yang dibuat daripada tanah adalah berbahaya. Bahwa daya kekuatan itu dapat jasmani maka manusia primitif tidak mengenal perbedaan antara jasmani dan rohani. Dengan demikian kesalahan ‘rohani’ dapat dibetulkan denga cara ‘jasmani’. Sikap ‘awas’ yang diambil oleh manusia primitif terhadap segala yang dianggapnya ‘mengandung mana’, dinyatakan dengan perkataan ‘tabu’. Kalau sesuatu dikatakan tabu, itu maksudnya hampir serupa dengan ‘awaslah! Jangan pegang! Sangat berbahaya!’ sesuatu benda dapat tabu untuk sementara waktu;juga manusia dapat tabu untuk sementara waktu, umpamanya seorang yang harus sangat berhati-hati atau seorang perempuan yang sedang hamil, atau seorang laki-laki yang sedang pergi berperang. Barangsiapa melanggar tabu, iapun melepaskan tenaga dengan tiada bertanggung jawab dan harus memikul akibat-akibatnya. Biasanya ia tidak dihukum, tetapi perbuatan yang dilakukannya itulah yang menghukum dirinya. Daya kekuasaan yang terlepas tadi barbalik dan merusak atau membunuh, tepat seperti aliran listrik yang dilepaskan secara tak bertanggung jawab. Denagn demikian tabu juga dapat berguna bagi hidup sosial, tetapi orang dapat juga mengacaukan masyarakat dengan berbagai-bagai tabu. Jadi pengertian tabu sama sekali tidak ada hubungannya dengan peringatan terhadap sesuatu yang menurut kesusilaan dapa ditolak.

4) Benda-benda yang mengandung ‘mana’: fetisy
Benda-benda yang mengandung kesaktian, dinamakan fetisy. Fetisy-fetisy itu seolah-olah mendekatkan kesaktian kepada manusia, sehingga kesaktian itu dapat memberi pengaruh yang baik kepada hidup manusia. Fetisy-fetisy itu membawa keselamatan yang bermacam-macam sifatnya: melindungi orang terhadap bencana, menyembuhkan penyakit, memberi kesuburan, memberi kekuatan untuk hidup baru pada waktu dilantik, dsb. Sukarlah untuk dengan jelas membedakan fetisy dengan ajimat (jimat). Kebanyakan ajimat itu fetisy-fetisy kecil dan itu menjadi asal banyak benda, yang kemudian hanya dianggap sebagai perhiasan saja. Masih ada lagi sejenis fetisy yang khusus, yakni yang disebut ‘relik’, yakni benda-benda yang mengandung daya yang berasal dari manusia yang sakti. Semua benda itu, yakni fetisy, ajimat dan relik dipuja, artinya benda-benda itu diperlakukan dengan hati-hati dan disimpan dengan baik-baik. Kadang-kadang benda-benda itu diolesi denga lemak atau minyak untuk ‘diberi makan’, artinya ditambah dengan daya yang baru. Tetapi pemujaan-pemujaan itu dapat dihentikan, jika fetisy itu ternyata sudah hilang kesaktiannya. Orang dapat memarahinya, menyiksanya atau membuangnya. Kadang-kadang fetisy itu berupa patung-patung kecil, atau malahan patung-patung yang besar juga. Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa setiap benda yang aneh karena bentuknya atau karena hal lainnya dan ternyata mempunyai ‘kesaktian’, dapat dipakai sebagai fetisy. Entah benda itu misalnya sekerat kayu atau batu didalam keadaan aslinya entah sudah dikerjakan, misalnya sudah dijadikan patung, apapun dapat menjadi fetisy. Persekutuan suku atau bangsa mempunyai fetisy-fetisynya sendiri yang khusus, yang menjamin keselamatan persekutuan itu. Terdapat juga di Indonesia, fetisy-fetisy itu disebut ‘pusaka’. Keris, rantai, pakaian lama, dsb. Puasaka orang Makasar, bugis dan jawa terkenal sekali.

5) Upacara didalam hubungannya dengan ‘mana’, tabu dan fetisy
Biasanya upacara itu dilakukan oleh seluruh masayarakat. Tari-tarian adalah upacara-upacara primitif yang bersifat khas yang dilakukan oleh masyarakat. Dan semua orang harus ikut dalam tari-tarian itu, upacara ini dilakukan oleh seluruh masyarakat, dan upacara itu harus dilakukan atau dipimpin oleh seorang kepala suku. Karenanya seorang kepala suku atau pemimpin suatu komunitas dilarang melakukan ini dan itu. Ada banyak hal tabu yang harus ia hindari karena ia mepunyai suatu kuasa yang besar, ia inipun berkuasa atas hujan dan panas, ataupun tentang untung dan rugi. Namun raja atau penguasa yang kehilangan ‘mana’nya harus digantikan oleh orang lain. Karena seorang raja yang mengandung mana akan dihormati namun begitupun sebaliknya. Jadi kepemilikkan mana dari seorang raja haruslah jelas, karena mana itu sendiri dapat dilihat dari kekuatan badan yang luar biasa, kelicikan, ilmu pengetahuan, kemujuran dalam usahanya, dicintai para wanita, dan juga dapat dilihat dari kedahsyatan dan kebengisan dari seseorang yang mempunyai mana tersebut.
Wakil dari para raja ataupun kepala suku, adalah para dukun atau syaman dari bangsa samoyet mereka dalah wakil daya keramat terhadap para rakyat, namun sebaliknya menjadi juga wakil rakyat terhadap daya-daya itu. Kerja para syaman itu hampir mirip dengan para dukun, tapi syaman bekerja dengan tidak sadar sedangkan dukun bekerja denga sadar dengan menggunakan ilmu pengetahuannya.
Upacara-upacara biasanya dilakukan oleh seluruh masyarakat, namun ada juga upacara yang hanya dikhususkan oleh kaum laki-laki, jadi kaum perempuan dilarang untuk mengikuti upacara tersebut. Dan seperti yang dikatakan tadi upacara-upacara itu dilakukan dalam bentuk tari-tarian, karena dalam segala situasi baik suka maupun duka, baik kematian maupun perkawinan misalnya, selalu menggunakan tari-tarian dalam upacaranya. Tari-tarian yang dilakukannya itupun bukanlah sekedar pertunjukkan belaka, melainkan ada suatu daya atau kekuatan yang keluar dari tari-tarian itu. Jadi, penari-penari itu adalah pemeran atau pelayan-pelayan dari kekuatan atau daya dalam tarian itu. Dan tarian yang dilakonkan menggambarkan sesuatu yang menjadi kenyataan dan penari-penari itu dapat pula enggunakan topeng untuk menjadi tokoh yang diperankannya.
Adapula upacara dari pulau seram di Indonesia yaitu seorang anak laki-laki yang sudah remaja harus masuk dalam persekutuan ‘kakean’ yaitu semacam ikatan rahasia. Dimana anak ini dimasukkan didalam lubang yang disebut mulut buaya dengan dua orang penolong baginya. Selanjutnya ditunjukkan pisau yang berlumuran darah kepada kaum perempuan dan itu menjadi tanda bahwa anak itu sudah mati. Dan setelah itu datanglah pula penolong-penolong dari anak yang tadi sudah mati dengan keadaan kotor sekali, seolah mereka baru kembali dari bawah bumi. Kemudian para perempuan datang dan meyiram tubuh mereka untuk membersihkan mereka dengan air. Selanjutnya penolong-penolong itupun menenangkan hati perempuan-perempuan itu tentang nasib anak mereka. Namun tak lama kemudian anak itu kembali namun dengan kelakuan yang aneh dan ada beberapa hal tabu yang harus mereka hindari, misalnya dilarang menggunting rambut ataupun adanya larangan bagi orang lain untuk memegang kepala mereka, karena rambut mengandung mana dan setelah itu merekapun kembali menjadi normal dan menceritakan hal-hal yang mereka alami dari dunia yang mereka kunjugi tadi.
Dari contoh tadi diatas, yaitu upacara yang berhubungan dengan kematian dapat kita lihat bahwa kematian menurut orang-orang bukan primitif bukanlah akhir dari segalanya, namun lebih berupa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Kematian disini lebih pada pembaruan hidup, lahir kembali, atau kematian yang dapat dipercepat atau dihentikan. Dapat kita lihat dalam penguburan sementara misalnya orang yang sudah meninggal tidak langsung dikuburkan melainkan ditunda, bahkan kadang-kadang baru dilakukan ssetelah sepuluh tahun. Hal ini untuk menghindari bahwa orang yang sudah mati akan kembali dan menjadi hantu, dan orang yang penguburannya belum diupacarakan belum dianggap meninggal dan belum bisa menjadi hantu. Hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang dayak di Kalimantan. Dan orang yang mempunyai mana akan dikubur secara luar biasa, namun dibeberapa daerah di Indonesia orang-orang yang mati karena suatu penyakit tertentu, terbunuh, perawan, mati karena bersalin ataupun para raja dan dukun tidak dikubur dengan melakukan upacara, karena orang-orang takut akan daya dan kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang yang sudah meninggal tersebut, jangan-jangan mereka mengganggu orang-orang yang masih hidup.

6) Agamakah Dinamisme itu atau bukan?
Kepercayaan terhadap ‘mana’ menurut dinamisme itu membuat kita bertanya apakah dinamisme itu agama atau bukan? Dalam dinamisme tidak ada kepercayaan kepada Tuhan atau dewa, jadi tentu saja tidak ada ibadat kepada Tuhan itu sendiri. Memang ada pemikiran bahwa ada banyak dewa-dewa, namun itu belum mengenai yang sejati.
Dinamisme yang timbul dari rasa takjub, takut, dan perasaan bahwa dirinya kecil sebagai manusia dan ada rasa ketergantungan pada daya yang lebih besar disekitarnya. Ternyata ada juga yang bersifat ilahi dalam dunia ini, namun manusia memandang itu bukanlah sebagai suatu pribadi, karena itu jika dalam agama-agama ada kegiatan seperti berdoa, memberikan korban, atau berkuasa. Tetapi dalam dinamisme doa lebih dianggap sebagai mantra dan doa yang sakti, bagi orang jawa disebut japamantra atau jampi dan mantra. Korban itu tidaklah dipersembahkan untuk allah melainkan lebih kepada sesuatu hal yang dilakukan untuk menguasai ilah tersebut, juga bukanlah hal yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,melainkan hal yang dilakukan, untuk memperoleh kekuatan, misalnya dengan cara bertapa.
Dari hal-hal yang telah disebutkan tadi di atas, kita pun dapat melihat gejala-gejala keagamaan yang ada dalam dinamisme, namun agama dalam dinamisme itu lebih merupakan suatu magi, dimana suatu penyembahan kepada ilahi kadang berbalik untuk menguasai ilah itu sendiri. Contohnya apabila seorang melihat atau mendapati suatu batu yang aneh dan menyembahnya atau memujanya itu masih dapat dikatakan agama, namun apabila batu yang aneh tadi dibawa pulang dan mengambil keuntungan darinya secara pribadi, berarti ia menjadikan itu ajimatnya dan ia berarti berbuat magi. Hamba menjadi tuan dan tuan menjadi hamaba.
Kadang-kadang demikian pula yang terjadi dalam suatu agama yang mengakui adanya Tuhan. Umat berbuat baik, berdoa kepada Tuhan untuk memaksa agar Tuhan pun melakukan hal yang baik untuknya. Berdoa dan beribadah dilakukan sebagai tolak ukur, yaitu jika aku memberi maka engkau pun memberi.
Kita dapat membedakan agama atas arti objektif, yaitu apa yang kita percayai, dan arti subjektif yaitu bagaimana tingkahlaku dan sikap kita dihadapan Allah.
Calvin mengatakan bahwa agama adalah iman yang diakibatkan rasa takut dan segan kepada Tuhan secara sungguh-sungguh, yaitu menganggap Tuhan bagaimana ia memperkenalkan dan meyatakan dirinya kepada kita. Namun didalam dinamisme kepercayaan, rasa takut dan hormat bukanlah untuk Tuhan karena orang yang dinamisme belum puas menganggap Tuhan sebagaimana ia menyatakan dirinya, tapi menganggapnya sebagai suatu pribadi yang dikhayalkannya. Didalam dinamisme, kepercayaan dan ketakutan hanya sampai pada daya kekuasaan dan tidak melebihi rasa hormat kepada kekuasaan Tuhan.

7) Uraian Elenktis tentang pengertian ‘Heilig’ atau ‘keramat’ dalam dinamisme
Keramat adalah suatu yang sangat penting dalam dinamisme, karena hal-hal yang berhubungan dengan suatu daya atau kekuatan, pasti berhubungan dengan keramat. Bagi manusia primitif yang keramat bukanlah sesuatu hal yang sempurna tapi suatu yang menunjukkan adanya daya dan kekuatan. Karenanya, bagi manusia yang dinamisme semua yang keramat ada ketentuan awas atau tabuh. Seorang yang saleh atau jahat sama-sama keramat atau tidak ditentukan misalnya oleh apabila seorang yang jahat selalu berhasil dalam usaha dan upayanya maka dia adalah seorang yang keramat karena ada kekuatan. Didalam dinamisme dosa tidaklah berarti buruk atau pelanggaran terhadap perintah allah, melainkan suatu gangguan terhadap daya atau kekuatan itu sendiri.
Keramat dalam dinamisme adalah ‘kudus’ didalam Alkitab, jadi berdasarkan Alkitab suatu manusia atau benda itu adalah kudus, karena Allah adalah kudus. Berdasarkan penurunan bahwa Allah adalah kudus,jadi benda atau manusia yang dipanggil oleh Allah mendapatkan bagian dalam kekudusan Allah itu sendiri. Kekudusan ini sendiri mempunyai dua unsur, yaitu jarak dan tarikkan. Jarak karena Allah adalah kudus menyatakan jarak yang tidak terlintasi antara manusia dengan Allah yang menimbulkan rasa hormat takut karena dari kekudusan Allah keluarlah daya yang membinasakan siapa saja yang tidak menuruti perintahnya. Sedangkan tarikkan karena Allah ang adalah kudus menarik manusia itu sendiri dan mendekatinya, manusia yang berdosa dikaruniakan pendamaian dan bersekutu dangan Allah untuk melayani Dia, jadi manusia yang berdosa menjadi hamba yang kudus, yaitu yang terpanggil dan diraih sendiri oleh Tuhan.
Kekudusan Allah itu juga melindungi manusia dari setiap yang jahat, jadi kekudusan Allah itu menjadi tembok bagi manusia yang terpanggil oleh Allah dan percaya kepada Allah.
Pendamaian juga adalah satu-satunya jalan antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa, dan sebagai yang kudus Allah tidak mau melihat yang jahat dan membiarkan dosa ada didekatnya karena Allah akan meghanguskan yang berdosa dengan api murkanya.
Kekudusan yang dilakukan oleh Allah adalah suatu karya dimana Allah memusnahkan dosa-dosa, dan menghukum manusia yang berdosa dan tidak mau bertobat kepada Tuhan, tapi dilain pihak juga adalah suatu usaha yang dilakukan oleh Allah untuk membebaskan manusia yang berdosa dari dosa-dosanya, dan usaha dari Allah itu nyata dalam diri Yesus Kristus yang dikorbankan Allah untuk keselamatan manusia.
Jadi sekarang sudah jelas pengertian keramat menurut dinamisme dan kudus menurut Alkitab. Jadi kudus menurut Alkitab lebih kepada peralihan terang Kristus. Namun bukan berarti bahwa manusia yang percaya kepada Alkitab lebih baik dari manusia lain, namun seperti dalam Alkitab, manusia berdosa terpanggil untuk mengalami hidup yang baru yang berbeda ketika manusia masih hidup didalam dosa.
Kekudusan Allah itu harus diberitakan kepada orang lain, karena Allah pun senantiasa memanggil mereka dan tidak akan melepaskan mereka. Dan hal yang paling nyata tentang kekudusan Allah dapat kita lihat dalam perbuatan dan perkataan Yesus sendiri yang adalah anak Allah.
Manusia dinamisme mencari ‘yang lain’ dalam dunia ini, sedangkan dalam Yesus Kristus, ‘yang lain’ itu adalah ‘kodrat dan ilahi’ itu sendiri dari Allah yang kudus.


Laporan Penelitian
Tempat Penelitian : Desa Kawangkoan, kec:Kalawat, kab: Minahasa Utara
Waktu : Minggu 17 Mei 2009
Nara sumber : Bpk.Nicolas Tampah (mantan BPD-Kawangkoan,Kalawat)

Ulasan singkat mengenai kehidupan Dotu Macalew:
Dotu Macalew adalah kepala Balak daerah Klabat atas dan Klabat bawah, yakni seluruh daerah Tonsea (cat: kepala Balak = kepala District/major). Beliau memerintah sekitar tahun 1906. Dotu Macalew yang memimpin seluruh daerah Klabat; ketika akan terjadi perang, Dotu Macalew yang mengatur dan menunjuk siapa yang akan memimpin perang. Istinya bernama Ginsawulaan Maramis. Semasa hidupnya Dotu Macalew memegang kekuatan magis yang dipercaya mereka sebagai pelindung diri.
Namun pada saat itu merekapun sudah mengenal Tuhan, mereka mempercayai adanya ke-Maha kuasaan Tuhan. Menurut informasi dari Bpk.Nicolas Tampah, bahwa mereka datang di batu-batu besar atau di pohon-pohon besar tetapi bukan untuk menyembah batu atau pohon tersebut malainkan batu atau pohon tersebut hanya dijadikan tempat mereka untuk sembahyang, tetapi yang mereka sembah itu adalah Tuhan yang mereka kenal dengan sebutan Opo Empung.
Adapun opo Nianis Tampah adalah ajudan dari Dotu Macalew, dimana opo Nianis Tampah mendengarkan segala perintah dari Dotu Macalew. Opo Nianis Tampah inilah yang adalah satu-satunya orang yang dapat membunuh raja Bantik: pada waktu itu, opo Nianis Tampah sedang berhadapan dengan raja Bantik, kemudian opo Nianis Tampah menguji keberanian dari raja Bantik yakni dengan memakan pinang yang ditancapkan di ujung pedang dari opo Nianis, untuk membuktikan keberanian dari raja Bantik maka dia pun memakan pinang yang ditancapkan di ujung pedang, dengan cepat opo Nianis langsung menusukkan pedang ke dalam mulut raja Bantik, seketika itupun matilah raja Bantik.
Keadaan makam dari Dotu Makalew:
Makam Dotu Makalew terletak di desa Kawangkoan, kecamatan:Kalawat, kabupaten:Minahasa Utara; dekat sungai Tondano, kompleks Waruga Wanua Ure Kawangkoan. Makam dari opo Nianis Tampah terletak di pintu masuk menuju makam Dotu Macalew. Menurut nara sumber makam dari opo Nianis tampah adalah sabagai penjaga di daerah makam Wanua ure tersebut.
Makam Dotu Macalew yang menjadi tempat orang-orang bersemedi meminta kekuatan, petunjuk, dan sebagainya. Makam dari Dotu Macalew dirawat oleh orang-orang yang datang meminta kekuatan dari padanya.
Disekitar makam dari Dotu Makalew ada beberapa waruga lagi tetapi sudah tidak terawat, sudah hampir ditutupi rumput-rumput liar, hanya makam Dotu Macalew yang masih tetap terjaga dan terawat kebersihannya.
Kepercayaan kepada makam Dotu Makalew:
Hingga tahun 1980-an, masih banyak orang-orang yang datang di makam dari Dotu Macalew guna untuk meminta kekuatan, petunjuk, dan sebagainya. Orang-orang yang datang meminta kekuatan tidak mesti dalam lingkaran garis keturunan, namun orang yang diluar garis keturunan juga dapat datang meminta kekuatan yang terpenting ia datang dengan hati yang tulus. Sekarang pun masih ada orang-orang yang datang di makam Dotu Macalew, tetapi sudah jarang tidak seperti tahun 80-an silam. Banyak orang yang datang dan mempercayai kekuatannya karena memang sudah terbukti. Adapun pegangan atau kekuatan yakni berupa ikat pinggang kain berwarna merah, saat memakai ikat pingang ini maka harus diawali dengan mengucapkan doa sebagai mantra dalam bahasa Tombulu: isi dari doa adalah memohon peyertaan dari Opo Empung; ikat di lengan tangan juga berupa kain berwarna merah; dan sapu tangan/lenso berwarna merah bertuliskan nama opo yang dipegang.
Ritual yang digunakan adalah dengan membuat tetengan yakni memanggil opo-opo datang untuk meminta sesuatu yang diinginkan; membawa sesajen dan mengucapkan doa-doa khusus dalam bahasa Tombulu, sesajen tersebut berupa sirih pinang, cap tikus, saguer (dari pohon aren),nasi bungkus, tabaku dan disertai dengan membakar kemenyan. Cara opo-opo tersebut memberikan jawaban adalah dengan merasuki orang lain yakni opo-opo menggunakan tubuh orang lain supaya dia dapat berkomunikasi dengan orang yang memanggilnya.
Adapun syarat atau pantangan yang harus dipenuhi adalah kekuatan yang diminta tidak boleh dilakukan untuk kejahatan, melainkan hanya sebagai pelindung diri saja, juga setiap bulan purnama maka harus diadakan puasa selama tiga hari; jika syarat atau pantangannya tidak dilaksanakan maka kekuatan yang ada pada orang tersebut akan menghilang. Pegangan tersebut harus diatur dengan baik, jika tidak maka pegangan tersebut akan memakan orang yang menggunakannya, yakni orang tersebut akan sakit-sakitan pada masa tuanya. Sebelum meninggal, orang yang yang memiliki pegangan tersebut harus melepaskan pegangannya (di kembaikan kepada makam dari opo-opo yang dipegang) atau diturunkan pada anaknya. Hal tersebut juga dilakukan dengan ritual yakni dengan membaca doa-doa dalam bahasa Tombulu. Untuk melepaskan pegangan tersebut dapat dilakukan sendiri atau bisa juga dibantu oleh orang lain yang mengerti akan hal seperi itu, jadi tidak sembarangan orang.
Cerita tersebut diatas adalah berdasarkan pengalaman dari seorang bapak yang juga pernah mempercayai dan bahkan sebagai pemegang kekuatan magi, pegangan terebut diberikan oleh kakak beliau dan kakak beliau memperolehnya dari kakek mereka. Namun sekarang ini pegangan yang dimiliki oleh bapak tersebut sudah dilepaskan, sudah dikembalikan lagi kepada makam Dotu yang dipegangnya.
(Jr. Honig A.G. “Ilmu Agama”, Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2005)

Refleksi Teologis:
Sebagai umat Kristen, kita diajarkan untuk percaya sepenuhnya kepada Kristus. Karena hanya Dialah satu-satunya sumber kekuatan, hanya Dia yang dapat memberikan kita kesehatan, pengetahuan, hikmat, bahkan nafas hidup serta jalan keluar atau petunjuk dari segala masalah dan pergumulan yang kita hadapi. Tuhan Allah akan sangat sangat murka jika kita percaya dan menyembah ilah lain, bahkan ketika kita meminta segala sesuatu darinya. Janganlah kita mengecewakan hati Tuhan karena Dia telah menciptakan kita.
Keluaran 20:4-5a:
jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya sebab Aku, Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu;
Kisah Para Rasul 17:24
Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan manusia.